Untung Rugi Kebijakan penghematan BBM ber-Subsidi
Posted 29/05/2012
on:- In: Berita
- Komentar Dinonaktifkan pada Untung Rugi Kebijakan penghematan BBM ber-Subsidi
.Pemerintah akan memberlakukan kebijakan penghematan energi . Seperti ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (29/5) di Jakarta. Beliau menyebutkan kendaraan-kendaraan yang dilarang menggunakan BBM bersubsidi. Kendaraan yang dilarang adalah kendaraan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, termasuk kendaraan BUMN dan BUMD serta kendaraan perkebunan dan pertambangan. Tujuannya adalah penghematan.
Apa dampak larangan mobil –mobil diatas menggunakan BBM bersubsidi? Pemerintah daerah dan lainya dengan mudah saja menyikapi hal tersebut. Pemerintah dan DPR, Pemda dan DPRD, dipastikan akan setuju menaikkan anggaran untuk pembelian BBM. Keduanya sama –sama diuntungkan, karena sama-sama menggunakan kendaraan plat merah.
Siapa yang akan dirugikan kebijakan ini? Tentu masyarakat lagi yang akan dirugikan. Pemerintah dan para anggota dewan akan mudah meloloskan anggaran pendapatan belanja negara atau daerah. Jika di daerah, akan berusaha memaksimalkan PAD mereka. Tentu masyarakat yang akan ketiban “nasib” harus menanggung biaya-biaya yang lebih tinggi. Pajak berbagai item akan dinaikkan sehingga masyarakat yang harus membayarnya.
Bagaimana dengan kendaraan diperkebunan dan pertambangan ? Masyarakat tidaklah berburuk sangka dengan suatu usaha yang jauh dari pemukiman penduduk, namun membutuhkan konsumsi energi yang tidak sedikit. Dampak yang akan dirasakan adalah kenaikan harga berbagai barang kebutuhan masyarakat dikarenakan perusahaan-perusahaan yang dilarang menggunakan bbm bersubsidi menguasai produk dari hulu sampai hilir.
Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana menjaga dan mengamankan bbm bersubsidi tidak diselundupkan keberbagai perkebunan dan pertambangan. Di sinilah tantangannya, karena semua akan bermain untuk mendapatkan keuntungan secara finansial.
Semenjak batalnya kenaikan BBM yang lalu masyarakat dibuat susah untuk mendapatkan bbm bersubsidi. Antrean panjang diberbagai SPBU diberbagai propinsi mengular ratusan meter. Antrean panjang membuat lamanya antrean makin membuat pencari BBM merasa berkeluh kesah, jengkel, ngedumel. Bagaimana tidak membuat frustasi ? Harga eceran premium bisa mencapai Rp. 10.000,/liter. Ini bervariasi diberbagai daerah, yang pasti lebih mahal dan susah mencarinya. Sebenarnya masyarakat lebih setuju harga Rp. 6000/liter tetapi mudah mendapatkannya.