Marhenyantoz's Blog

Khutbah

KHUTBAH IDUL ADHA 1431
Keteladanan Nabi Ibrahim
12/11/2010
Oleh KH Abdul Manan

Khutbah Rasulullah saw di Hari Terakhir Bulan Sya’ban

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa    Thursday, 12 August 2010

Khutbah Rasulullah saw di Hari Terakhir Bulan Sya’ban
Senin, 9 Agustus 2010

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ :
كَانَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

( صحيح البخاري )

Dari Ibnu Abbas RA. Berkata:
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawanannya lebih lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah SAW lebih murah hati melakukan kebaikan daripada angin yang berhembus”. ( Shahih Al Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذِهِ السَّاعَةِ وَفِيْ هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ…

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan keluhuran kepada hamba-hambaNya, Maha menjadikan waktu dan tempat sebagai alat untuk mencapai keluhuran yang agung, Maha membuka rahasia keluhuran pada waktu-waktu dan tempat. Ketahuilah pada hari-hari kehidupanmu itu terdapat anugerah Ilahiyah maka dapatkanlah, maka capailah. Hadirin hadirat, rahasia kedermawanan Ilahi yang membuka cahaya keluhuran padaku dan kalian, hingga memanjakan kita pada kelompok yang terluhur, ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliaulah matahari keridhaan Allah subhanahu wata’ala yang Allah sebutkan dalam firmanNya :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً ، وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُّنِيراً ( الأحزاب : 45-46 )

“Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk menjadi penyeru kepada Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang terang benderang”. (QS. Al Ahzaab : 45-46)

Pelita yang terang benderang adalah gelar dari Allah subhanahu wata’ala untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka fahami makna pelita yang terang benderang yang digelarkan oleh Allah untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa tiada cahaya yang lebih terang benderang dari semua cipataan Allah melebihi sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menerangi jiwa dan sanubari dengan cahaya keridhaan Ilahi, menerangi jiwa dan sanubari dengan mahabbatullah warasuluh (cinta kepada Allah dan RasulNya), maka terbitlah rahasia keluhuran dari Rabbul ‘alamin yang mengeluarkan manusia dari kegelapan dosa menuju keluhuran. Allah subhanahu wata’ala membuka hidayah itu dengan tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Allah menerangi bumi dengan matahari, sebagaimana Allah memberi manusia minum dengan air, sebagaimana Allah memberi manusia makan dengan hewan dan tumbuhan, maka Allah memberi manusia keluhuran iman dengan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Setiap detak nafas kita adalah bukti kedermawanan Allah kepada kita, tiada yang lebih dermawan kepada kita melebihi Allah. Satu nafas kita jauh lebih berharga dari seluruh alam semesta, jika kita memiliki seluruh alam semesta maka semua itu tidak akan bisa membeli satu nafas pun untuk memperpanjang usia kita, sungguh jika semua alam semesta kita dapatkan maka satu anugerah nafas kita jauh lebih berharga dari itu, dan anugerah satu nafas yang lebih berharga dari semua alam semesta itu, Allah berikan lebih dari seratus ribu kali setiap harinya kepada kita, kepada yang beriman dan yang kufur, kepada yang shalih dan yang pendosa, kepada yang jahat dan kepada yang baik, maka adakah yang lebih dermawan dari Allah ? , adakah yang lebih baik dariNya ? adakah yang lebih banyak anugerahnya melebihiNya ?, adakah yang lebih berkasih sayang kepada hambaNya daripadaNya?, sebagaiman firmanNya :

إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ( البقرة : 143 )

” Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia “. ( QS. Al Baqarah : 143 )

Namun jangan kecewakan perasaan dzat Yang paling mencintaimu, paling memeliharamu, paling dermawan kepadamu, Dialah Yang apaling baik kepada kita dari semua yang baik, dan Dialah Yang mengganjar setiap perbuatan baik kita sepuluh kali lebih besar hingga tujuh ratus kali dan lebih , sedangkan membalas perbuatan dosa hanya dengan satu dosa saja, dan Allah subhanahu wata’ala juga menyiapkan pengampunan atas dosa-dosa, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Muslim :

اَلصَّلَوَاتُ الخَمْسُ وَ الجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَان إِلَى رَمَضَان مُكَفِّرَاتُ مَا بَينَهُمَا إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

” Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa yang ada diantaranya, apabila menjauhi dosa-dosa besar”. (HR Muslim)

Demikian rahasia pengampunan Ilahi yang ditebarkan dalam waktu-waktu yang berjalan yang selalu dilewati oleh kita, roda waktu terus berputar menggulung usia kita sehingga semakin dekat dengan kematian, dan setiap detik yang kita lewati tidak akan pernah bisa kembali kepada kita selama-lamanya, roda itu terus menggulung usia kita, mencetak semua perbuatan kita yang baik atau yang buruknya sehingga kita mencapai kematian kelak, semoga dalam husnul khatimah , semoga hari-hari kita selalu dalam kedermawanan Allah , jika sudah dalam kedermawanan Allah semoga Allah tambahkan lagi kedermawananNya. Wahai Allah, kami telah bershadaqah kepada para fuqara’ dan hamba-hamba yang membutuhkan, dan Engkau lebih berhak bershadaqah kepada kami karena kami adalah fuqara’ dihadapanMu, kami adalah hamba-hamba yang miskin di hadapanMu, maka sedekahilah kami wahai Allah dengan pengampunan dan kelembutan, dengan kebahagiaan dan kedamaian dan dengan apa-apa yang kami minta serta berilah kami lebih dari yang kami minta wahai Allah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Berikut saya sampaikan khutbah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hari terakhir bulan Sya’ban untuk menyambut Ramadhan, hadits ini riwayatnya lemah namun teriwayatkan lebih dari 25 riwayat, dan pada makna-makna kalimatnya didukung oleh hadits-hadits shahih, maka pada hakikatnya meskipun hadits ini riwayatnya lemah namun merupakan perpaduan hadits-hadits shahih yang terpecah, dan riwayat diatas merupakan riwayat yang merangkum kesemuanya. Maka berikut ini khutbah beliau di akhir bulan Sya’ban seraya menyambut bulan Ramadhan :

أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخِصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَة فِيْمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، وَشَهْرٌ يَزْدَادُ فِيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِيْهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلَ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ، قَالُوْا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يفطرُ الصَّائِمُ فَقَالَ : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةَ مَاءٍ أَوْ مَذقَةَ لَبَنٍ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ، وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ، وَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ، : خِصْلَتَيْنِ تَرْضْوَنِ بِهِمَا رَبَّكُمْ، وَخِصْلَتَيْنِ لَا غِنًى بِكُمْ عَنْهُمَا، فَأَمَّا الْخِصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ فَشَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لَا غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا فَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ وَ تَعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ، وَمَنْ أَشْبَعَ فِيْهِ صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ.

Artinya:
” Wahai manusia, sunguh telah dekat kepadamu bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan, yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik (nilainya) dari seribu bulan, bulan yang mana Allah tetapkan puasa di siang harinya sebagai fardhu, dan shalat (tarawih) di malamnya sebagai sunah.
Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan satu kebaikan (amalan sunnah), maka pahalanya seperti dia melakukan amalan fardhu di bulan-bulan yang lain. Barangsiapa melakukan amalan fardhu di bulan ini, maka pahalanya seperti telah melakukan 70 amalan fardhu di bulan lainnya. Inilah bulan kesabaran dan balasan atas kesabaran adalah surga, bulan ini merupakan bulan kedermawanan dan simpati (satu rasa) terhadap sesama. Dan bulan dimana rizki orang-orang yang beriman ditambah. Barang siapa memberi makan (untuk berbuka) orang yang berpuasa maka baginya pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan dia mendapatkan pahala yang sama sebagaimana yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa .
Mereka (para sahabat) berkata : “Wahai Rasulullah! tidak semua dari kami mempunyai sesuatu yang bisa diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.”
Rasulullah menjawab: “Allah akan memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau setetes susu”. Inilah bulan yang permulaannya (sepuluh hari pertama) Allah menurunkan rahmat, yang pertengahannya (sepuluh hari pertengahan) Allah memberikan ampunan, dan yang terakhirnya (sepuluh hari terakhir) Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka . Barangsiapa yang meringankan hamba sahayanya di bulan ini, maka Allah SWT akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Dan perbanyaklah melakukan empat hal di bulan ini, yang dua hal dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua hal kamu pasti memerlukannya. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu syahadah (Laailaaha illallaah) dan beristighfar kepada Allah, dan dua hal yang pasti kalian memerlukannya yaitu mohonlah kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka . Dan barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa (untuk berbuka), maka Allah akan memberinya minum dari telagaku (Haudh) dimana dengan sekali minum ia tidak akan merasakan haus sehingga ia memasuki surga “.

Hadirin hadirat di bulan Ramadhan Allah luaskan rizki hamba-hamba yang beriman, semoga aku dan kalian termasuk orang yang beriman dan diluaskan rizki kita oleh Allah di bulan Ramadhan, rizki yang zhahir dan rizki yang bathin, maka tidak berpengaruh bagi kita dengan kenaikan beras, kenaikan harga minyak, dan kenaikan harga sembako yang lainnya jika Allah naikkan pula limpahan rizkinya, inilah janji Rabbul ‘alamin di bulan Ramadhan, dan tentunya juga Allah beri keluasan rizki bathin kita sehingga kita diberi kekuatan untuk berpuasa di bulan Ramadhan, semoga yang sakit di bulan Ramadhan diberi kesembuhan, semoga yang masih sulit untuk menjalankan puasa Ramadhan diberi kemampuan untuk menjalankannya, dan yang sudah mampu menjalankannya semoga diberi kekuatan untuk menjalankan puasanya
lebih sempurna, puasa panca inderanya, puasa hatinya, sehingga mencapai pada tingkatan puasa khawas al khawas ( puasa para nabi dan shiddiqin ) puasanya orang yang penuh kecintaan dan keikhlasan, yang senantiasa memikirkan Allah dalam hati dan pikirannya dan menghindarkan diri dari segala hal duniawi yang menjadikannya lalai terhadap Allah. Dan semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk bisa melakukan shalat tarawih di setiap malam-malam luhur ini, amin.

Hadirin hadirat, dan orang yang memberi buka orang yang berpuasa akan diberi pengampunan dan dibebaskan dari api neraka, serta mendapatkan pahala puasa. Menurut pendapat saya hamba yang dha’if ini bahwa konvoi untuk membagikan makan sahur itu sungguh mulia, tetapi untuk pahalanya maka lebih mulia orang yang membagikan buka puasa. Apalagi ketika di jalan macet saat waktu berbuka puasa, kemana orang-orang akan berbuka puasa? Maka di saat itu jika ada yang membagikan sesuatu untuk berbuka puasa walaupun sekedar segelas aqua, atau beberapa butir kurma saja maka baginya penghapusan dosa dan Allah bebaskan dia dari api neraka, dan ia dapatkan pula pahala puasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa, dan jika orang yang diberi buka puasa mempunyai kekurangan dalam puasanya, maka orang yang memberi puasa akan mendapatkan pahala puasa yang sempurna. Namun bukan berarti kita tidak perlu berpuasa dengan hanya memberi makan orang yang berpuasa saja tidak begitu, kewajiban berpuasa bagi kita tidak hilang. Maka berlipat ganda pahala orang yang memberi makan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Saya teringat habaib kita terdahulu, diantaranya almaghfurlah Al Habib Umar bin Hud Al Atthas dimana di setiap harinya di bulan Ramadhan beliau menyembelih seekor kambing dan menjamu siapa saja yang mau datang untuk berbuka puasa di rumahnya, dan banyak dari para salafusshalih yang melakukan hal seperti itu.
Maka saat Rasulullah menyampaikan khutbah itu ada sahabat yang berkata : ” wahai Rasulullah, tidak semua dari kami yang mampu untuk memberi makanan untuk orang yang berpuasa “, Rasulullah menjawab : “Allah akan memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau setetes susu”, maka mereka akan mendapatkan pahalanya meskipun tidak bisa menjamu dengan makanan yang sempurna. Dan bulan Ramadhan adalah bulan yang awalnya adalah rahmah, pertengahannya adalah pengampunan Allah dan terakhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Dan barangsiapa yang meringankan beban budaknya di bulan Ramadhan ini maka Allah juga akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Tetapi kita tidak mempunyai budak karena zaman kita sekarang tidak ada lagi perbudakan maka pahala itu mungkin akan kita dapatkan dengan meringankan beban orang yang bekerja kepada kita, baik staf-staf kita atau para pembantu kita, ringankan beban mereka agar kita mendapatkan pahala pengampunan dari Allah subhanahu wata’ala . Dan Rasulullah menganjurkan kita pada bulan Ramadhan untuk memperbanyak 4 hal, yang 2 hal adalah sesuatu yang diridhai Allah dan 2 hal lagi adalah sesuatu yang sangat penting bagi kita. Dua hal yang menjadikan Allah ridha adalah syahadah ( Laailaaha illallah ) dan beristighfar kepada Allah, sedangkan 2 hal yang sangat penting bagi kita adalah meminta surga dan meminta dijauhkan dari api neraka, sebagaimana yang selalu kita baca :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

” Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, aku memohon ampunan Allah, aku memohon sorga kepadaMu, dan aku berlindung kepadaMu dari neraka “.

Darimana asal bacaan ini? Itulah dalilnya yang dimaksud dalam khutbah Rasulullah untuk memperbanyak 4 hal di bulan Ramadhan yaitu syahadat, istighfar, meminta surga , dan berlindung kepada Allah dari api neraka. Dan barangsiapa yang mengenyangkan orang yang berpuasa ( kalau yang tadi adalah yang memberi buka orang yang berpuasa ), maka Allah akan memberinya minum dari telaga (haudh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang jika meminum seteguk dari telaga itu maka ia tidak akan merasakan haus sampai ia masuk ke sorga, dan dalam riwayat lain ia tidak akan merasakan haus selama-lamanya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Di bulan yang digelari bulan seribu sujud ini, kita melakukan puasa semampunya dengan terus berdoa kepada Allah, mungkin sebagian adik-adik kita ada yang masih belum mampu berpuasa Ramadhan di tahun-tahun yang lalu, atau mungkin saudara saudari kita yang di tahun-tahun lalu belum berpuasa Ramadhan semoga di tahun ini Allah berikan kemampuan untuk berpuasa Ramadhan, amin. Salah satu cara untuk mempermudah orang yang sulit melakukan puasa Ramadhan itu adalah dengan memperbanyak minum daripada makan di saat sahur, karena rasa lapar itu tertutup juga dengan banyaknya minum, dan usahakan banyak makan yang manis-manis di saat sahur, karena yang manis-manis itu mengenyangkan. Oleh karena itu Rasulullah memakan kurma, karena kurma itu sangat manis dan mengenyangkan, dan tidak ada gunanya jika banyak makan di saat sahur karena tetap saja makanan itu tidak akan dicerna oleh tubuh kecuali sesuai kebutuhan saja dan selebihnya terbuang, tetapi kalau minuman itu akan masuk ke seluruh jaringan sel tubuh kita dan akan memberi kekuatan di siang harinya. Hadirin hadirat, sebagian orang bertanya bolehkan kita bersikat gigi di siang hari bulan Ramadhan?, boleh saja, walaupun sunnahnya adalah tidak menggosok gigi sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari beliau bersabda :

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

” Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk”

Banyak yang bertanya mengapa mulut orang yang berpuasa itu aromanya tidak sedap?, hal itu adalah hikmah agar kita tidak banyak berbicara ketika saat berpuasa, karena banyak berbicara akan mengarah kepada menggunjing, mencaci, dan lainnya sehingga membuat pahala puasanya berkurang, dan banyak berbicara itu akan menghabiskan cairan di mulut dan membuat tenggorokan kering, sungguh demikian indahnya Allah mengatur dengan membuat aroma tidak sedap dari mulut kita di saat berpuasa, hal itu merupakan kelembutan Allah subhanahu wata’ala bukan berarti Allah suka dengan aroma yang tidak sedap, tetapi yang dimaksud adalah orang yang berpuasa yang melihat aroma yang tidak sedap dari mulutnya dan ia bersabar, maka itulah yang dihargai oleh Allah subhanahu wata’ala. Kalau bersikat gigi untuk menghilangkan aroma yang tidak sedap boleh tidak?, boleh saja dan tidak membatalkan puasa, mau sehari 3x bersikat gigi asalkan tidak tertelan kedalam mulut , namun tentunya tidak mendapatkan pahala sunnahnya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dalam hal bersiwak para ulama’ berikhtilaf dalam hal ini, sebagian mengatakan boleh hingga waktu dhuha, sebagian mengatakan hingga waktu zawal, sebagian mengatakan hingga waktu Asar, namun para salafusshalih yang saya ketahui dan kita pegang memperbolehkan siwak di sepanjang waktu di bulan Ramadhan. Dan berkumpul dengan istri di malam hari bulan Ramadhan tidak dilarang bahkan hal itu sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , namun diharamkan secara mutlak melakukannya di siang hari. Dan pembahasan fiqh tentang masalah puasa akan kita perjelas di setiap majelis malam Selasa dan majelis-majelis lainnya Insyaallah, majelis ini terus berlanjut tidak ada liburnya di bulan Ramadhan. Akhir dari penyampaian saya, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ ، لَا يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ . يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ فَيَدْخُلُوْنَ مِنْهُ ، فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ ، اُغْلِقَ فَلاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Kelak di hari kiamat orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut, dan tidak boleh masuk bersama mereka seorangpun selain mereka. Kelak akan ada ditanyakan : “Di manakah orang yang berpuasa?”, maka mereka berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut, setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu itu ditutup kembali dan tidak ada lagi orang lain yang akan memasukinya.”

Siapakah orang yang berpuasa?, semoga aku dan kalian, amin. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah bersabda di hadapan sayyidina Abu Bakar As Shiddiq RA bahwa orang yang masuk ke dalam surga itu masing-masing mempunyai pintu, orang yang berpuasa masuk dari pintu Ar Rayyan, orang yang bershadaqah masuk dari pintu shadaqah, yang berjihad masuk dari pintu jihad, masing-masing mempunyai pintu, maka sayyidina Abu Bakr berkata : ” Wahai Rasulullah, bisakah kami masuk dari semua pintu itu ?”, maka Rasulullah menjawab : ” ya, dan aku berharap engkau di antara mereka “. Semoga kita semua dipanggil dari semua pintu surga Allah, amin.

Dan mengenai shalat tarawih, ikhtilaf mengenai 23 rakaat dan 11 rakaat, hal ini merupakan hal yang selalu dipergunjingkan, maka saya perjelas bahwa tidak ada satu madzhab pun yang melakukan shalat tarawih kurang dari 20 rakaat , hanya madzhab Imam Malik yang melakukan shalat tarawih 38 rakaat dan witir 3 rakaat maka menjadi 41 rakaat dan itupun hanya di Masjid An Nabawy tidak di masjid lainnya, selain itu kesemuanya melakukan shalat tarawih 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir. Bagi yang melakukan tarawih 8 rakaat tidak ada larangannya, karena shalat tarawih dalah sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ قاَمَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berdiri (melakukan shalat malam) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya telah lalu.”

Hal ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah rakaatnya, maka boleh-boleh saja, tetapi sungguh seluruh madzhab tidak ada yang melakukan shalat tarawih kurang dari 20 rakaat, dan sebaiknya kita mengikuti pendapat jumhur para madzhab yaitu tarawih 20 rakaat dan witir 3 rakaat, karena orang yang shalat tarawih 20 rakaat berarti ia bersujud sebanyak 40 kali sujud dalam semalam (1 rakaat adalah 2x sujud), jika selama satu bulan berarti ia bersujud sebanyak 1200 kali sujud. Maka ketika bulan Ramadhan kita bersujud lebih dari 1000 kali sujud, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَقْرَبُ اْلعَبْدُ إِلَى اللهِ مَنْزِلَةً وَهُوَ سَاجِدٌ

“Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah SWT yaitu ketika dia sedang sujud”.

Ramadhan adalah bulan seribu sujud, semoga aku dan kalian dimuliakan oleh Allah dengan kemuliaan bulan seribu sujud, dan semoga Allah subhanahu wata’ala limpahkan kepada kita pengampunan, dan pembebasan dari api neraka, amin. Hadits yang tadi kita baca, tidak perlu terlalu dijelaskan karena maknanya sudah jelas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan, demikian hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas RA. Dan di bulan Ramadhan disunnahkan membaca Al qur’an karena Rasulullah bersama Jibril juga membaca Al qur’an di bulan Ramadhan. Al Imam Ibn Hajar mengatakan 2 hal dalam maslah ini, yaitu : pertama, sunnah di bulan Ramadhan memperbanyak membaca Al qur’an. Kedua, sunnah pula di bulan Ramadhan membaca al qur’an tidak sendiri, karena Rasulullah membaca Al quran berdua dengan Jibril As. Jadi sunnah membaca Al qur’an berdua atau beramai-ramai, yang satu membaca dan yang lainnya mendengarkan, dan terus bergantian. Dan kedermawanan Rasulullah lebih dari angin yang berhembus, maksudnya tidak berhenti memberi dan memberi, begitulah kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya tidak memperpanjang lagi, ada beberapa hal yang perlu saya umumkan bahwa malam 17 Ramadhan sebagaimana kita ketahui malam Nuzul Al Qur’an dan Haul Ahlu Badr kita melakukan acara akbar di malam itu, sebagaimana guru mulia kita Al Musnid Al Habib Umar Bin Muhammad bin Hafizh juga melakukan Haul Ahlul Badr di malam 17 Ramadhan, dan waktunya jam 21.00

walaupun waktunya sama dengan acara khatam di Luar Batang namun acara khatam di Luar Batang lebih dahulu, maka yang mau hadir khatam di Luar Batang silahkan kemudian lanjut ke Monas, barangkali akan mendapatkan permulaan acara atau pertengahannya. Insyaallah acara ini sukses, dan semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kemudahan kepada kita dalam perjuangan kita dan kehidupan kita, amin allahumma amin.

Dan yang perlu saya sampaikan juga majelis malam Rabu mulai diaktifkan untuk majelis Asmaul Husna, jadi Maulid nya disingkat lalu dilanjutkan dengan doa Asmaul Husna dan diteruskan dengan 7 munajat para imam besar, yaitu Al Imam Abu Bakr Al Aidarus Al ‘Adany, dan 2 munajat Al Imam Abdullah bin Ali Al Haddad, dan Al Imam Ali bin Muhammad Al Habsy Shahib Simtuddurar, dan munajat Al Habib Muhammad Al Haddar, dan munajat Al Imam Abdullah bin Husain bin Thahir, dan munajat Al Imam Fakhrul Wujud As Syaikh Abu Bakr bin Salim.

Untuk malam Rabu besok masih kosong karena tidak ada acara di awal malam Ramadhan, padahal sebenarnya di awal Ramadhan paling banyak anugerah dilimpahkan. Demikian hadirin hadirat, Syahr Mubarak selamat menjalankan ibadah puasa semoga Allah memberi kita kekuatan untuk menyempurnakan puasa kita, amin. Kita berdoa dengan bertawassul kepada Ahlul Badr, orang-orang yang sangat mulia, bersatu disana para ahlu bait Rasulullah, para muhajirin dan Anshar dan para budak bersatu menjadi satu pasukan pendukung sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kita bertawassul kepada Ahlul Badr untuk ketentraman dan kemaslahatan muslimin muslimat, kemudian kalimat talqin oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, Falyatafaddhal masykuura..

Wasiat Rasulullah saw di Haji Wada

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa    Sunday, 14 November 2010

Wasiat Rasulullah saw di Haji Wada
Senin, 08 November 2010

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ حَجَّةِ اْلوَدَاعِ: لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw didengarkan oleh para jamaah haji : “Jangan kalian berbalik setelah aku wafat kepada kekufuran dengan saling membunuh” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الطَّيِّبَةِ الطَّاهِرَةِ…

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menguasai kerajaan langit dan bumi, dan Maha Tunggal mengaturnya, memberikan kekuatan kepada hamba-Nya dengan kadar kehendak-Nya. Allah subhanahu wata’ala menguasai kekuatan dan tidak memberi kekuatan kepada hamba-hamba-Nya yang lain melebihi kekuatan yang diberikan kepada manusia. Para khalifah yang menjadi penguasa di muka bumi, menguasai segala sesuatu yang ada di bumi untuk tunduk kepadanya, sebagaimana firman-Nya:

أَنَّ الأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ

(الأنبياء: 105 )

” Bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh” ( QS. Al Anbiyaa: 105 )

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Merekalah yang menjadi rahasia penguasa yang hakiki di muka bumi, walaupun mereka tidak terlihat, namun Allah memberikan kemampuan dan kekuatan kepada mereka, tentunya bukan dengan kekuatan lain selain dengan doa, kekuatan dzikir, kekuatan takwa, kekuatan munajat untuk membentengi musibah, bukan hanya membentengi musibah, bahkan menyingkirkan dan menundukkan musibah langit, lautan, gunung, sebagaimana janji Allah subhanahu wata’ala, dan tanpa mereka berdoa pun Allah telah mengamankan bumi dengan keberadaan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :

يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى ‏حُفَالَةٌ ‏‏كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً

(صحيح البخاري)

“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai tidak tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat sampah gandum atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka sedikitpun.” ( HR. Bukhari )

Para shalihin satu persatu wafat, sehingga di lingkungan suatu masyarakat tidak tersisa lagi orang shalih kecuali sampah-sampah yang tidak berarti di mata Allah sehingga Allah tidak peduli atas apa yang akan menimpa mereka setelah kewafatan para shalihin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita bahwa dengan keberadaan para shalihin itu maka Allah peduli dengan keadaan penduduk bumi, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ

( الأنفال : 33 )

” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu(Muhammad) berada di antara mereka” (QS. An Anfal:33)

Tiada akan datang siksa kepada mereka (yang jahat) selama Engkau (nabi Muhammad) berada diantara mereka. Tetangga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang jahat telah aman dari siksa Allah karena masih ada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya:

وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

(الأنفال : 33 )

“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” ( QS. Anfal: 33)

Allah tidak akan menurunkan siksa kepada hamba-Nya selama mereka memohon pengampunan. Istighfar memohon pengampunan itu jangan dianggap remeh karena hal itu menampik musibah, dan sebaliknya perbuatan dosa itu seakan menciptakan musibah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

(الشورى : 30 )

” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu” (QS. As Syuura: 30 )

Semua musibah yang menimpa kalian itu adalah sebab dari perbuatan kalian sendiri, namun dibalik itu Allah telah lebih banyak memaafkan daripada menimpakan musibah atas balasan dari perbuatan jahat mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang diberi musibah di dunia dan dibebaskan musibahnya di akhirah dan merugilah orang yang tidak diberi musibah di dunia namun ditimpa musibah di akhirah, dan sangat beruntung orang yang diselamatkan dari musibah di dunia dan diselamatkan pula dari musibah di akhirah, siapakah mereka?, mereka adalah yang mengikuti tuntunan rahmatan lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Untuk itulah Muhammad Rasulullah diturunkan ke muka bumi kepadaku dan kalian, agar mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus ke muka bumi adalah untuk membawa rahmat agar kita aman di dunia, segala seuatu apapun sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar segala musibah bisa terjauhkan dari kita. Diriwayatkan dalam sebuah riwayat selain Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah bersabda : “barangsiapa yang membaca (berdoa)”:

بِسمِ اللهِ الَّذِي لا يَضُرُّ مَعَ اسمِهِ شَيءٌ في الأرْضِ وَلا في السّماءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

Siapa yang membaca doa itu 3 kali di pagi hari dan sore hari maka ia tidak akan ditimpa musibah di hari itu. Dan dalam riwayat Al Imam Ibn Daud disebutkan bahwa orang yang membaca doa itu tidak akan ditimpa musibah yang datang secara tiba-tiba di hari itu. Kok gampang banget bib?, ucapannya sangat mudah namun makna kalimatnya sangat agung yang harus difahami : “Dengan nama Allah, tidak akan membawa mudharat jika bersama nama-Nya apapun yang ada di langit dan di bumi dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”, sirnalah segala bahaya di langit dan bumi terhalangi dan terbentengi dengan nama Allah subhanahu wata’ala. Siapa yang menciptakan musibah?, Allah lah yang menciptakan musibah, dan kenikmatan siapa yang menciptakan? Allah juga yang menciptakan, cuma bedanya bahwa musibah di muka bumi ini adalah penghapusan dosa bagi ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. ( Jadi kalau saya sudah baca doa tadi Bib tetapi masih mendapat musibah, berarti nabi bohong dong?!), tidak demikian, akan tetapi mungkin saja ada seribu musibah yang ada dihadapanmu telah Allah singkirkan dan hanya satu yang menimpamu. Kita tidak mengetahui misalnya tiba-tiba besok kita terkena stroke hingga wafat, puluhan tahun terbaring tidak bisa bergerak, namun Allah gantikan hanya dengan terkena flu misalnya. Tetapi semakin kuat kita menghadirkan makna dari ucapan (doa) itu, maka semakin banyak musibah yang tersingkirkan. Dan para shalihin dan para ‘arif billah tidak membaca dzikir itu hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk seluruh ummat. Mereka niatkan dzikir itu untuk gunung-gunung berapi, gempa bumi dan lainnya. Mereka dekatkan dekatkan ke dalam hatinya agar diturunkan cahaya Allah di barat dan timur untuk menenangkan semua musibah itu, maka jutaan musibah yang akan reda disebabkan niat para shalihin, jadi semakin para para shalihin maka akan semakin aman, sebaliknya semakin tidak ada para shalihin maka akan semakin banyak musibah, wal’iyadzubillah. Dan semakin banyak yang mengamalkan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan semakin aman, paling tidak untuk dirinya sendiri. Namun doa para shalihin bukan lagi untuk diri mereka sendiri tetapi doa mereka untuk ummat. Hujjatul Islam wabarakatul anam Qutbulanfas Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas Shahib Ar Ratib, beliau adalah seorang hujjatul islam, apakah hujjatul islam itu? Yaitu yang hafal lebih dari 30000 hadits beserta sanad dan matannya, dan derajat keshalihan dan kemakrifatannya pun memuncak di masanya, beliau adalah guru dari hujjatul islam Al Imam Abdullah bin Alwy Al Haddad, dimana beliau juga mempunyai murid seorang hujjatul islam juga yaitu Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi, demikian mereka para ulama lautan-lautan ilmu dan lautan makrifah, Diriwayatkan bahwa Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas ini di saat shalat tahajjud beliau selalu mengulang-ulang doa :

اَللّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ

” Wahai Allah berilah kami (orang-orang muslim) hidayah, seperti orang yang telah Engkau beri hidayah “

Hingga adzan subuh, beliau terus mendoakan seluruh penduduk bumi agar mendapatkan hidayah, yang muslim agar Allah tambah hidayahnya dan yang non muslim agar diberi hidayah, hanya itu doanya sepanjang malam, maka pahala semua orang yang mendapat hidayah maka Al Imam Abdurrahman Al Atthas mendapatkan bagian dari itu, kenapa? karena Rasulullah telah bersabada dalam riwayat Shahih Muslim: “Ketika seseorang yang mendoakan saudara muslim lainnya maka berkatalah malaikat: amin walaka mitsluh (bagimu seperti doamu)”, jika mendoakan untuk seluruh muslimin, Maka hidayah sampai kepada mereka atau tidak namun malaikat berkata : “amin, semoga engkau mendapat hidayah sebanyak jumlah muslimin”, dan hal itu tidaklah sulit bagi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ

( إبراهيم:20 / فاطر:17 )

” Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah” (QS.Ibrahim:20/ QS. Fathir:17 )

Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

( الملك:15 )

” Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 15 )

Renungilah ayat ini, Allah telah menjadikan bumi ini dzaluul yang artinya tunduk atau patuh, seperti keledai atau hewan lainnya yang ketika ditunggangi dia hanya diam saja. Dan Allah telah menundukkan bumi untuk kita sehingga kita bisa berjalan diatasnya, jika Allah tidak tundukkan bumi ini untuk kita maka bumi ini akan gempa atau goyang dan lain sebagainya. Dan juga kita memakan rezeki yang ada di bumi ini kemudian kepada Allah kita akan kembali. Akhir dari ayat ini menjadi penentu perbuatan bumi terhadap kita, bahwa kita akan kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, jika kita telah lupa bahwa kita akan kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, maka berubahlah sifat gunung dan bumi, dia tidak lagi tunduk kepada kita, bahkan kita yang akan diinjak-injak oleh bumi, disiksa oleh gunung, debu, banjir dan bencana alam yang lainnya, kenapa ? karena kita tidak merenungkan kalimat terakhir dalam ayat ini : وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ ( Dan hanya kepada-Nya lah kalian kembali). Saya perjelas, namun jangan tersinggung dulu karena majelis ini disiarkan di streaming seluruh dunia, namun jamaah yang disini insyaallah tidak akan tersinggung, cuma yang menyaksikan di luar saya mohon jangan tersinggung dulu. Bahwa dari 21 gunung yang telah dikabarkan aktif itu hampir berada di wilayah-wilayah yang penduduknya bukan orang shalih (maaf) bahkan kebanyakan dari mereka menyembah selain Allah seperti ratu Kidul dan yang lainnya, dan bukanlah termasuk ummat nabi Muhammad yang baik (maaf), maka hal ini merupakan salah satu teguran, tapi (jangan marah dulu) hal ini juga kesalahan para da’i dan ulama’ juga, para dai tidak sampai kesana, namun jangan saling menyalahkan diantara para da’i atau menyalahkan para da’i yang di Jakarta. Sebaiknya kita berdoa saja semoga Allah memperbanyak para shalihin , amin. Jadi gunung-gunung berapi itu sebenarnya berdakwah mengambil posisi para da’i karena para da’i yang disana tidak mau bergerak, maka gunung-gunung itu berkhidmah kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika gunung-gunung berbuat demikian maka Masjid dan mushalla menjadi ramai, banyak yang berdoa kepada Allah, banyak yang menangis dan bermunajat memanggil nama Allah, banyak yang mengucapkan kalimah Allahu Akbar, Laailaaha illallah yang sebelumnya tidak mereka perbuat. Hal ini menunjukkan seakan-akan gunung-gunung itu berbicara kepada kita : ” Mampukah kalian datang kepada kami untuk berdakwah, jika kalian tidak mampu maka jangan salahkan kami jika kami ingin membantu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Dan walaupun kita mampu mencapai kesana, cuma kita agak sedikit tersinggung, kenapa? gunung merapinya disana mengapa debunya dikirim kesini, bisa-bisa batuk tersebar di Jakarta dalam 2 tau 3 hari ini terkena debu gunung semeru, jika engkau mengirim debu maka kami akan mengirim cahaya Allah dalam doa dan dzikir kesana, kita yang disini mengirim cahaya doa kepada Allah kesana, mungkin ada yang merasa aneh dengan ucapan saya, tetapi ingat firman Allah subhanahu wata’ala:

فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا

( الأعراف: 143 )

” Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh” (QS. Al A’raf: 143 )

Ketika Allah menampakkan cahaya kewibawaan-Nya maka membuat gunung hancur lebur. Kita brdzikir dengan nama Allah itu mneyingkap rahasia cahaya kewibawaan Allah, semoga di saat kita berdzikir Allah tunjukkan cahaya kewibawaan-Nya kepada semua gunung yang aktif agar mereda laharnya dengan cahaya kesejukan Allah. Lalu bagaimana dengan mereka yang belum beriman?, semoga Allah jadikan bagi mereka ledakan hidayah bukan ledakan gunung-gunung merapi, ledakan orang-orang yang taat dan banyak bersujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, amin allahumma amin. Kita sedikit merasa risau juga jika dengan keadaan yang seperti ini nanti justru akan semakin banyak non muslim yang berdakwah kesana, dan semakin banyak pula orang-orang yang meninggalkan ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya punya rencana untuk berangkat kesana bersama Habib Hud dan para da’i yang lainnya untuk mendatangi gunung-gunung, namun bagaimana dengan Jakarta yang merupakan ibukota negara muslimin terbesar dan paling banyak maksiat di tempat ini, jika Jakarta ditinggal maka khawatir Jakarta yang akan terkena musibah seperti banjir dan lain sebagainya. Jakarta juga perlu majelis dzikir, majelis ta’lim dan lainnya, ya sudah kita doakan saja mereka yang disana, dan jika ada diantara saudara-saudara kita yang peduli ingin berangkat kesana silahkan, Namun kita harus membina wilayah kita dahulu sebelum wilayah yang lainnya. Wilayah kita ini insyaallah akan kedatangan tamu agung Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan akan dilaksanakan acara besar pada malam Selasa tanggal 27 Desember 2010 di Monas, doa dan dzikir yang insyaallah akan mengamankan Jakarta dan seluruh bangsa kita, kita berharap yang hadir lebih dari 5 juta muslimin muslimat, acara selanjutnya pada tanggal 31 Desember 2010 insyaallah di Gelora Bung Karno, mudah-mudahan acara ini sukses. Seperti yang kita ketahui di malam tahun baru penuh dengan maksiat namun kita penuhi malam tahun baru dengan doa dan munajat, semoga Jakarta ini Allah percepat untuk menjadi Kota pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang kemudian berlanjut ke wilayah-wilayah lainnya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita mengingat hari ini adalah tanggal 1 Dzulhijjah, tanggal 1 Dzulhijjah ini mengingatkan kita kepada firman Allah subhanahu wata’ala tentang 10 malam luhur mulai tanggal 1 hingga tanggal 10 Dzulhijjah :

وَالْفَجْرِ ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ ، وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ، وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ

(الفجر: 1-4 )

” Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu” (QS. Al Fajr: 1-4 )

Sebagian ulama’ menjelaskan bahwa waktu Fajar adalah fajar di hari idul adha, dan 10 malam itu adalah malam 1 Dzulhijjah sampai malam 10 Dzulhijjah. Dan sebagian mengatakan 10 malam terakhir bulan Ramadhan, namun pendapat yang lebih kuat adalah 10 malam Dzulhijjah karena di dalam ayat itu disebutkan “Demi yang genap dan yang ganjil”, namun di sepuluh malam terakhir ramadhan adalah malam-malam yang ganjil. Disunnahkan di hari-hari ini berpuasa, mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah hingga tanggal 9 Dzulhijjah bagi yang tidak menunaikan ibadah haji atau umrah. Yang paling utama adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari Arafah. Dan juga disunnnahkan untuk berkurban, dan sebelum kita berkurban Rasulullah telah lebih dahulu berkurban untuk kita, hal ini menjadi dalil dibolehkannya mengirimkan amal karena Rasulullah telah mengirimkan amal untuk semua ummatnya sebelum ummatnya lahir. Sebagaimana riwayat Shahih Muslim, saat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih kurban beliau berdoa:

اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ

” Ya Allah terimalah (qurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad”

Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam telah mendapatkan bagian dari pahala kurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Al Imam Abu Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafi, salah seorang murid Al Imam Bukhari yang menyimpan lebih dari 5000 fatwa dari anad Imam Malik, bahwa ia berkurban sebanyak 12 ribu ekor kambing dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adakah diantara kita yang bisa membeli 12000 ekor kambing?!, lalu dia menghatamkan 12000 kali khatam Al qur’an dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kurban itu hukumnya sunnah muakkadah bukan wajib, demikian pula aqiqah hukumnya sunnah muakkadah, namun ada yang hukumnya fardhu (wajib) yaitu membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya kalian faham makna ucapan saya mengarah kemana. Membantu dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hukumnya adalah fardhu ‘ain (wajib) bagi setiap ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka yang tidak peduli dengan dakwah dan perjuangan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dikhawatirkan akan wafat dalam keadaan su’ul khatimah. Karena jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada di saat ini, maka beliau akan berjuang untuk memperluas dakwah beliau. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, maka cita-citanya terwariskan kepada ummat beliau, aku dan kalian. Mereka yang menerima cita-cita itulah yang benar-benar berbakti kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

(التوبة: 100)

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)

Semoga Allah jadikan kita diantara para pengikut muhajirin dan anshar, apa yang mereka dapatkan?, hal yang paling berharga dari segala anugerah Allah yaitu Allah ridha kepada mereka dan mereka pun juga ridha kepada Allah. Tidak ada anugerah yang lebih berharga dari hal ini karena terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahwa ketika manusia masuk kedalam surga kemudian Allah memanggil mereka dan berkata: “maukah kalian Aku beri anugerah yang lebih dari semua ini?”, maka mereka berkata: “wahai Allah, anugerah apa lagi yang lebih dari semua ini?”, nikmat apa lagi, surga telah Allah berikan kepada kita meskipun kita telah banyak berbuat dosa namun Allah ampuni, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab:

أُحِلَّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِيْ، فَلاَ أَسْخُطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبدًا

“Kuhalalkan ridha-Ku untuk kalian, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”

Maka jelaslah bahwa keridhaan Allah merupakan anugerah yang terbesar, yang ditawarkan kepada kita jika kita mau membantu perjuangan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana jika kita ingin bersama muhajirin dan anshar. Saudara saudariku, ibukota negara muslimin terbesar di dunia ini saat ini sedang mulai merangkak untuk bangkit, maka bantu dan dukunglah perjuangan dakwah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di pusat kekuatan basis Islam terbesar di dunia yaitu Indonesia ini. Jika di wilayah Indonesia ini bangkit, maka Allah akan percepat kebangkitan di tempat-tempat yang lain, maka kita akan terlibat dalam kebangkitan Islam di seluruh dunia. Kita ketahui belum pernah ada maulid di seluruh dunia yang di hadiri oleh jutaan orang, namun hal itu kita temukan di Jakarta, Alhamdulillah. Acara-acara dzikir akbar doa yang begitu dahsyatnya, seperti acara Nisfu Sya’ban, Isra’ Mi’raj, haul ahlu Badr dan lainnya yang dihadiri oleh jutaan kaum muslimin muslimat, sampai tidak ada tempat yang mencukupi kecuali Monas, dan nanti akan diusahakan di gelora Bung Karno karena acara bertepatan dengan malam tahun baru. Dan berhati-hatilah dengan jangan sampai meniup terompet di malam tahun baru, terompet itu mainan dan boleh anak-anak kita memainkannya, namun jangan di malam tahun baru, karena meniup terompet di malam tahun baru itu seakan-akan menampakkan kemenangan dakwah non muslim di bibir kita atau di bibir anak-anak kita, mereka menang dan kita kalah. Terompet itu adalah terompet kemenangan mereka, namun kalau ditiup selain malam tahun baru itu lain lagi, itu dianggap mainan anak-anak. Maka yang mempunyai niat utuk jual terompet di malam tahun baru gagalkan niatnya, lebih baik niat jual siomay saja di acara malam tahun baru. Terus orang yang jual terompet bib gimana hukumnya?, jangan kita ganggu kasihan, kalau kita mau jika ada orang yang jual terompet maka kita borong semuanya kita bayar kemudian kita bakar, daripada dibeli orang lain dan di malam tahun baru akan ramai dengan bunyi terompet yang mengumandangkan kemenangan non muslim, maka lebih baik kita borong kemudian kita bakar.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Haji Wada’ yang terjadi pada tahun ke 10 H, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun ke 6 H, seperti yang dijelaskan malam selasa lalu, bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam keluar menuju Makkah untuk melakukan Ihram namun dihalangi oleh kuffar quraiys. Dalam riwayat Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah melakukan umrah sebanyak 3 kali, dan yang ketiga adalah di saat haji wada’, inilah haji dan umrah nabi yang terakhir sehingga disebut hajjatul wada’. Al wada’ artinya perpisahan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun ke 10 H keluar bersama kaum muslimin untuk melakukan hajjatul wada’, di saat itu datang sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Khalid bin Walid RA dari Yaman yang ketika itu mereka diperintahkan untuk berdakwah disana oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sepulangnya mereka langsung menyusul ke Makkah Al Mukarramah dan bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah Al Munawwarah. Di dalam salah satu khutbah beliau adalah hadits yang kita baca tadi , kaum muslimin mendengarkan khutbah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam salah satu riwayat dihadiri oleh 60 ribu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dalam riwayat lainnya kurang dari jumlah itu, tapi yang mengatakan jumlah sahabat nabi yang hadir di khutbah itu maksimal 60 ribu itu adalah menukil dari kejadian haji wada’. Dan ketika itu mukjizat nabi terlihat, dimana nabi berbicara di atas ontanya, dan suara beliau terdengar sama antara orang yang terdepan dan yang paling belakang, padahal di saat itu tidak ada microphone dan yang hadir 60 ribu, majelis malam ini yang hadir sekitar 50 ribu maka lebih banyak dari jumlah malam hari ini. Diantara khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa khutbah beliau di Mina, dan dalam riwayat lain di Arafah. Khutbah beliau panjang dan diantaranya adalah :

لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

” Janganlah kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, dengan saling membunuh satu sama lain “

Ada beberapa penafsiran tentang hadits ini, diantaranya ada pendapat yang mengatakan bahwa orang yang saling membunuh hukumnya kufur dengan dalil hadits tadi. Namun pendapat yang lebih kuat bahwa membunuh tidak sampai kepada kekufuran akan tetapi termasuk dosa yang sangat besar. Namun makna yang jelas tentang hadits ini adalah bahwa Rasulullah memberikan wasiat kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah, berbeda pendapat diperbolehkan namun jangan sampai saling membunuh atau memerangi satu sama lain, itulah yang dimaksud dalam khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di dalam salah satu khutbah beliau yang membuat jerit tangis para sahabat adalah :

لَعَلِّي لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا وَمِنْ مَقَامِيْ هَذَا

“Sepertinya aku tidak bertemu kalian lagi setelah tahun ini dan di tempat ini”

Salah satu khutbah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam di saat haji wada’, diriwayatkan dalam salah satu sunan imam Tirmidzi, dan Sunan Baihaqi Al Kubraa, dan dalam Tarikh Ibn Katsir, beliau berkata di hadapan para sahabat : “wahai para sahabatku, tampaknya aku tidak akan berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, maksudnya tidak akan ada lagi ibadah haji beliau setelah hari itu. Maka sepulang dari haji wada’, kondisi Rasulullah mulai drop, hal itu terjadi di tahun 10 H, lalu di bulan Rabi’ul Awal wafatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, 3 bulan setelah khutbah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membangkitkan semangat muslimin di barat dan timur untuk meneruskan cita-citanya, Allah subahanahu wata’ala melihat jiwa hamba-hamba-Nya yang mau meneruskan cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga aku dan kalian termasuk penerus cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat khutbah beliau di Arafah atau di Mina, ketika beliau mengucapkan: “Sepertinya aku tidak akan lagi berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, dimana hal itu terjadi pada 14 abad yang silam, betapa gembiranya hati sayydina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah 14 abad beliau wafat, ada ummatnya yang berkumpul dan berdzikir, membaca shalawat, dan meneruskan dakwah beliau. Para kaum Anshar rela mengorbankan nyawanya untuk menggembirakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Sirah ibn Hisyam bahwa kaumu Anshar kemanpun Rasulullah pergi mereka selalu ikut, beliau shallallahu ‘alaihi wasalla naik ke atas gunung maka mereka ikut, beliau masuk ke dasar lautan maka mereka pun akan ikut, dan tidak satupun dari mereka (Anshar) yang akan tersisa, barangkali dengan hal itu mereka bisa membuat gembira Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, itulah kaum Anshar. Bagaimana balasan Nabi Muhammad terhadap kaum Anshar?, di saat Fath Makkah maka nabi pulang ke Makkah, dan kaum Anshar bersedih karena menganggap nabi telah pulang ke kampung halamannya, dan mereka (kaum Anshar) pulang ke Madinah, mereka merasa kehilangan nabi Muhammad yang telah 10 tahun hidup bersama mereka, maka rasulullah bersabda :

كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ

” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama kalian “

Rasulullah berkata, jika kaum Anshar naik ke suatu bukit maka Rasulullah akan bersama mereka, dan jika bukan karena ada takdir hijrah kata rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh aku adalah termasuk dalam kelompok Anshar, kenapa? karena Rasulullah tidak mau berpisah dengan orang yang mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kaum Anshar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hidup bersama mereka hingga wafat bersama mereka dan dimakamkan di Madinah Al Munawwarah. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang yang banyak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga wilayah-wilayah yang lainnya, amin allahumma amin. Diriwayatkan disaat qurban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawa 100 ekor onta, 63 ekor disembelih oleh Rasulullah dan sisanya diserahkan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk beliau melanjutkan penyembelihannya. 63 ekor yang disembelih oleh Rasulullah, hal itu menandakan usia beliau 63 tahun. Hanya saja ada satu hal yang aneh, sebagaimana onta dan hewan sembelihan yang lainnya tidak boleh melihat darah, oleh karena itu ketika penyembelihan pasti ditutupi, karena jika melihat darah maka hewan itu akan mengamuk, namun ketika Rasulullah memberi minum onta-onta itu kemudian mengumpulkannya untuk disembelih, maka sahabat berkata : “wahai Rasulullah, kita tutupi menggunakan tabir supaya darah tidak terlihat oleh onta yang lain”, maka Rasulullah berkata: “jangan ditutupi biarkan onta yang lain melihatnya”, sahabat berkata : “wahai Rasulullah mereka akan mengamuk jika melihat darah”, namun rasulullah kemudian memegang pedang kecilnya untuk menyembelih, maka onta-onta itupun berdesakan untuk disembelih oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka tidak mengamuk dan lari bahkan mereka berdesakan menjulurkan lehernya untuk lebih dahulu disembelih oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika onta saja seperti itu, jangan mau kalah sama onta maka bangkitlah untuk membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita berdzikir bersama, dan mengirimkan keagungan rahasia dzikir khususnya di pulau Jawa dan seluruh wilayah di Indonesia, untuk gunung-gunung yang sedang aktif agar ditenangkan oleh Allah dengan keagungan dzikir. Wahai Allah, mereka penuh dosa namun mereka adalah hamba-hamba-Mu yang tidak mengetahui, dan kami ingat doa nabi kami :

اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”

Wahai Allah jika mereka tau keagungan-Mu maka mereka tidak akan menyembah selain-Mu, doa ini dipakai sebagai benteng untuk mendoakan keselamatan mereka, Ketika perang Rasulullah terkena panah baja di tulang rahangnya sehingga mengalirlah darah dari rahang beliau, Rasulullah menutupi darah yang keluar dengan rida’nya agar tidak jatuh ke tanah, maka para sahabat berkata: “wahai Rasulullah biarkan darahnya mengalir, dan kami akan mencabut panah itu dari rahangmu”, Rasulullah tidak mempedulikan sakit dan pedihnya panah yang menembus tulang rahang beliau , beliau menutupi darah dengan surbannya agar tidak jatuh ke tanah dan berkata : “aku tidak ingin jika ada darahku jatuh ke tanah, karena jika ada setetes saja darahku yang terjatuh ke tanah, maka Allah akan turunkan bala’ untuk orang yang memerangiku”, inilah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah dalil kita untuk mendoakan mereka, yang walaupun barangkali mereka telah banyak berbuat dosa, wahai Rabbi…kami hanya memanut sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kita bermunajat untuk bumi Jakarta dan sekitarnya, Bogor, Tangerang, Bekasi dan wilayah-wilayah lainnya. Ya Allah, tenangkan gunung-gunung berapi yang kesemuanya takut dengan kewibawaan nama-Mu, kami kirimkan kepada mereka rasahia keluhuran kewibawaan nama-Mu yang jauh lebih berwibawa daripada alam semesta beserta seisinya, dan kami berdoa semoga Engkau ampuni dosa-dosa kami, sebesar apapun dosa-dosa kami, sungguh bagaikan debu dibanding dengan rahasia samudera pengampunan-Mu, dan sebesar apapun hajat kami tidalah berarti dibanding dengan samudera kedermawanan-Mu, Ya Rabbi…hajat-hajat kami yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui, hajat kami di saat ini dan di waktu yang akan datang, berilah lebih dari yang kami minta, tambahkan anugerah yang besar kepada kami zhair dan bathin, kuatkan iman kami untuk selalu mampu taat kepada-Mu, sungguh kami sangat lemah dalam menjalankan perintah-Mu dan kami pun lemah dalam menjauhi larangan-Mu, maka berilah kami kekuatan. Kepada siapa kami memohon jika bukan kepada-Mu wahai Yang Maha mendengar dan Maha melihat, Allah Maha melihat semua yang hadir di tempat ini, yang menyaksikan acara ini di streaming website Majelis Rasulullah di seluruh penjuru dunia. Rabbi, Engkau melihat wajah-wajah kami dan perasaan kami semua, pastikan kami wafat dalam husnul khatimah, pastikan kami Engkau limpahi rahmat-Mu di dunia dan akhirah, pastikan kami Engkau anugerahi mahabbah-Mu. Dan semoga diantara kami yang terjebak hutang, atau dalam kesedihan, segera selesaikan dan gantikan dengan ketenangan dan kebahagiaan, tunjukkan rahasia kewibawaan nama-Mu wahai Rabbi, ya rahman ya rahim ya dzal jalali wal ikram…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Hadirin hadirat, kita teruskan dengan pembacaan qasidah Ya Arhamarraahimiin oleh Al Habib Ibrahim Aidid, kemudian doa penutup dan kalimah talqin oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Bagir Al Atthas, yatafaddhal masykura..

Terakhir Diperbaharui ( Sunday, 14 November 2010 )

Ceramah bulan Muharram (Tahun Baru Islam)

Tahun Baru Islam
Oleh: Marhadi Muhayar, Lc., M.A.

اَلْ
حَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، القائلِ: (وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا). أشهد أن لا الع إلا الله الكبير المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ عن الشبيه والمِثال، الذي يسبِّح بحمده كلُّ شيء في الغُدُوِّ والآصال. وأشهد أن محمدا عبده رسوله الذي حذّرنا من دار الفتون، المُنْزَلُ عليه (إنك ميّتٌ وإنهم ميتون). اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.

Yang saya hormati para alim ulama, para asatidz, para hujjaj, para sesepuh kampung,
bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian….
Wabil khusus… Al-Alim… guru kita…
Wabil khusus… Bapak Walikota…
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah…
Rasanya, ketika kita berbicara tentang hijrah, tentang Muharram, atau tentang tahun baru Islam, tidak ada sesuatu yang baru atau menarik bagi kita. Sekilas pandang, kita –seakan– merasa sudah terlalu pandai dalam mengenali bulan Islam yang satu ini. Benarkah demikian? Sudahkah khasanah keilmuan kita, sesuai dan memadai sebagai seorang muslim yang sejatinya mengenal dengan baik tentang bulan-bulan Islam.Sejarah bulan Hijriah
Sejarah mencatat, manusia pertama yang berhasil mengkristalisir hijrah nabi sebagai event terpenting dalam penaggalan Islam adalah Sayidina Umar bin Al Khattab, ketika beliau menjabat sebagai Khalifah. Hal ini terjadi pada tahun ke-17 sejak Hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah.Namun demikian, Sayidina Umar sendiri tidak ingin memaksakan pendapatnya kepada para sahabat nabi. Sebagaimana biasanya, beliau selalu memusyawarahkan setiap problematika umat kepada para sahabatnya. Masalah yang satu ini pun tak pelak dari diktum diatas. Karenanya, beberapa opsi pun bermunculan. Ada yang menginginkan, tapak tilas sistem penanggalan Islam berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah. Ada juga yang mengusulkan, awal diresmikannya (dibangkitkannya) Muhammad Saw sebagai utusannyalah yang merupakan timing waktu paling tepat dalam standar kalenderisasi. Bahkan, ada pula yang melontarkan ide akan tahun wafatnya Rasulullah Saw, sebagai batas awal perhitungan tarikh dalam Islam.Walaupun demikian, nampaknya Sayidina Umar r.a. lebih condong kepada pendapat –sayidina Ali karamallâhu wajhah– yang meng-afdoliah-kan peristiwa hijrah sebagai tonggak terpenting ketimbang event-event lainnya dalam sejarah Islam, pada masalah yang satu ini. Relevan dengan klaim beliau: “Kita membuat penaggalan berdasar pada Hijrah Rasulullah Saw, adalah lebih karena hijrah tersebut merupakan pembeda antara yang hak dengan yang batil.Dalam penulisan tahun Hijriah sendiri, biasa ditulis dengan karakter hurup (هـ) dalam bahasa Arab, atau (A.H.) singkatan dari Anno Hegirea (sesudah hijrah) untuk bahasa-bahasa Eropa. sedangkan untuk bahasa Indonesia biasa ditulis dengan (H.). Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 1 Muharam, bertepatan dengan 16 Juli 622 M, hari Jumat.Yang Unik Dalam Hijriah
Nampaknya, ada sesuatu yang unik dalam kalenderisasi Islam ini. Ketika sejarah mengatakan, bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabiul Awal –bukan pada bulan Muharram–, tapi mengapa pada dataran realita, pilihan jatuh pada bulan Muharram, bukan pada bulan Rabiul Awal, sebagai pinangan pertama bagi awal penanggalan Islam.

Memang, dalam peristiwa hijrah ini Nabi bertolak dari Mekah menuju Madinah pada hari Kamis terakhir dari bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, tepatnya pada hari Senin tanggal 13 September 622.

Hanya saja, Sayidina Umar beserta sahabat-sahabatnya menginginkan bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah. Ini lebih karena, beliau memandang di bulan Muharramlah Nabi berazam untuk berhijrah, padanya Rasulullah Saw selesai mengerjakan ibadah haji, juga dikarenakan dia termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah untuk berperang di dalamnya. Sehingga Rasulullah pernah menamakannya dengan “Bulan Allah”. sebagaimana sabdanya: “Sebaik-baik puasa selain dari puasa Ramadhan adalah puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharram”. ( Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihya).

Ternyata keunikan awal Hijriah tidak hanya sampai di situ. Biasanya, pada hari kesepuluh dari bulan tersebut, sebagian orang dari kampung kita membuat makanan sejenis bubur yang dinamakan bubur Asyura, atau mungkin dalam bentuk lain semacam nasi tumpeng, maupun makanan lain sejenisnya, tergantung budaya masing-masing tempat dalam mengekspresikan rasa bahagianya terhadap hari Islam tersebut.

Sepertinya, yang menjadi unik bagi kita –sebagai kaum terpelajar– adalah tradisi bubur Asyura tersebut. Adakah hubungannya dengan Islam? Asyura itu sendiri terambil dari ucapan “`Asyarah”, yang berarti sepuluh. Hari Asyura, hari yang ke sepuluh dari bulan Muharram.

Islam memerintahkan umatnya untuk berpuasa sunah dan meluaskan perbelanjaan kepada keluarganya pada hari tersebut.

Kalau kita berupaya untuk menelusuri keterangan dari junjungan kita, Rasulullah Saw, dari hadits sahihnya kita dapati, bahwa ia adalah hari yang bersejarah bagi umat Yahudi, karena pada hari itulah Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s. serta para pengikutnya, disaat menenggelamkan Firaun.

Adapun tradisi bubur Asyura –berdasarkan riwayat dhaif–, karena pada hari itu Allah mengaruniakan nikmat yang besar kepada para nabi terdahulu, sejak zaman Nabi Adam As. hingga Nabi kita Muhammad Saw.

Konon, di hari Asyura ini, ketika Nabi Nuh As. dan para pengikutnya turun dari bahtera, mereka semuanya merasa lapar dan dahaga, sedangkan perbekalan masing-masing telah habis. Maka Nabi Nuh As. meminta masing-masing membawa satu genggam biji-bijian dari jenis apa saja yang ada pada mereka. Terkumpullah tujuh jenis biji-bijian, semuanya dicampurkan menjadi satu, lalu dimasak oleh beliau untuk dijadikan bubur. Berkat ide Nabi Nuh As., kenyanglah para pengikutnya pada hari itu. Dari cerita inilah, dikatakan sunat membuat bubur Asyura dari tujuh jenis biji-bijian untuk dihidangkan kepada fakir miskin pada hari itu.

Menurut hemat penulis, semua pada asalnya boleh-boleh saja, selagi tidak bertentangan dengan kaidah agama yang lain. Terlebih, di saat tradisi semacam ini mengandung nilai positif dan seiring (implisit) dengan ajaran Islam. Hanya saja, yang selalu ditekankan oleh junjungan kita, hendaknya manusia selalu mengenang dan mengingat hari ketika Allah menurunkan nikmat atau azab kepada manusia, agar kita semua dapat bersyukur, sadar dan insaf kepada-Nya. Mungkin sekedar inilah yang ditekankan Rasululullah Saw. berkenaan dengan hari Asyura tersebut.

Sebagaimana gejala lain terkadang kita dapati juga dari masyarakat kita –masyarakat Bekasi atau Betawi–, berkenaan dengan Muharram ini. Semacam tradisi atau bahkan keyakinan tentang tidak mau melangsungkan akad pernikahan di bulan ini. Fenomena semacam ini, apakah memang ada landasannya dalam Islam, atau hanya sekedar khurafat, bahkan mungkin karena kontaminasi dan pengaruh kultur Islam-Kejawen yang terkadang masih melekat dalam budaya Indonesia.

Muharram dalam perspektif Islam, merupakan salah satu dari empat bulan haram yang ada dalam Islam (Rajab, Zulka’dah, Zulhijjah dan Muharram). Dalam empat bulan ini, kita dilarang melancarkan peperangan kecuali dalam kondisi darurat yang tidak dapat kita elakan. Firman Allah Swt dalam surah At Taubah ayat 36: “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ada dua belas bulan (yang telah ditetapkan) di dalam kitab Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu adalah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya).

Berdasarkan ayat ini, segala aktifitas kebaikan tidak ada larangannya untuk dilakukan di bulan Muharram. Demikian juga dengan bulan Rajab, Zulka’dah dan Zulhijjah. Hanya maksiat dan kezaliman saja yang dilarang lebih keras oleh Allah Swt pada bulan-bulan tersebut. Adapun aktifitas positif –semacam pernikahan–, dalam perspektif Islam adalah satu aktifitas atau amalan kebajikan, bukan maksiat dan kezaliman. oleh karenanya, tidak ada larangan dalam Islam untuk melangsungkan acara perkawinan di bulan Muharram.

Namun saya lebih melihat, bahwa ketabuan semacam ini, –barangkali– adalah sebagai pengaruh dari doktrin Syiah. Secara kebetulan, Sayidina Hussain terbunuh di Karbala pada bulan Muharram. Karenanya masyarakat Syiah memandang bulan Muharram sebagai bulan dukacita dan bulan berkabung. Maka mereka menghukumi haram untuk melangsungkan akad dan resepsi pernikahan, atau acara suka-ria lainnya di bulan itu. Pemahaman semacam ini tersebar luas ke negara-negara Islam dan akhirnya sampai ke negara kita (wallahu a’lam).

Mengingat bahwa kalender hijriah dihitung berdasarkan rotasi bulan yang berlawanan dengan rotasi matahari, maka mengakibatkan semua hari-hari besar Islam dapat terjadi pada musim-musim yang berbeda. Sebagai contoh, musim haji dan bulan puasa, bisa terjadi pada musim dingin atau pada musim panas. Dan yang perlu diingat, hari-hari besar Islam tidak akan terjadi persis dengan musim kejadiannya, kecuali sekali dalam 33 tahun.

Kita pun sering menemukan perbedaan di antara beberapa kalender hijriah yang dicetak, perbedaan tersebut terjadi dikarenakan:

Pertama, tidak ada standardisasi internasional tentang cara melihat anak bulan.
Kedua, penggunaan cara penghitungan dan proses melihat bulan yang berbeda.
Ketiga, keadaan cuaca dan peralatan yang dipakai dalam melihat anak bulan.
Dari sini, maka tidak akan ditemukan adanya program penanggalan hijriah yang 100 persen benar, sehingga proses melihat anak bulan (ru’yah) masih tetap relevan –meskipun sebenarnya dilematis– dalam penentuan hari besar, seperti bulan puasa, Idul Fitri dan Idul Adha.Eksistensi Hijrah
Menginterpretasikan hijrah sebagai the founding of Islamic Community seperti dideskripsikan oleh Fazlur Rahman (guru besar kajian Islam di Universitas Chicago), sepenuhnya benar dan dapat dielaborasi dalam perspektif sejarah.Hijrah menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, penghargaan atas prestasi kerja, dan optimisme dalam meraih cita-cita. Itulah sebabnya, Fazlur Rahman menyebut peristiwa hijrah sebagai marks of the beginning of Islamic calender and the founding of Islamic Community. Sebagaimana klaim seorang profesor di bidang kultur Indo-Muslim Universitas Harvard, Annemarie Schimmael, menyebut hijrah sebagai tahun (periode) menandai dimulainya era muslim dan era baru menata komunitas muslim.Kelahiran Piagam Madinah, yang oleh Montgomery Watt disebut sebagai Konstitusi Madinah dan konstitusi modern yang pertama di dunia, adalah proklamasi tentang terbentuknya suatu ummah.Karena hijrah bukanlah pelarian akibat takut terhadap kematian, karena tidak mung-kin Rasulullah takut terhadap kematian. Sebab jika Rasulullah Saw mempertahankan eksistensi kaum muslimin di Makkah kala itu, ini akan menyulitkan kaum muslimin itu sendiri, yang waktu itu baru berjumlah 100-an orang. Rasulullah berhijrah setelah mempersiapkan kondisi psikologis dan sosiologis di kota Madinah dengan mengadakan perjanjian Aqabah I dan Aqabah II di musim haji.Adapun dalam mengembangkan makna hijrah untuk menarik relevansi kekiniannya, jelas tidak harus menggunakan parameter sosiologis sejarah jaman Rasulullah. Karena menarik sosiologi sejarah menjadi kemestian yang harus dilalui itu merupakan kemuskilan. Karena Rasulullah telah tiada. Jadi memaknai makna hijrah saat ini adalah dengan menarik peristiwa itu sebagai ibrah (pelajaran).

Cita-cita dari hijrah Nabi Saw adalah untuk mewujudkan peradaban Islam yang kosmopolit dalam wujud masyarakat yang adil, humanis, egaliter, dan demokratis tercermin dalam keputusan Nabi mengganti nama Yastrib menjadi Madinah, atau Madinatul Munawarah (kota yang bercahaya), yaitu kota par exellence, tempat madaniyah atau tamadun, berperadaban.

Transformasi Kebijaksanaan Sejarah
Peristiwa hijrah ke Madinah atau yang saat ini kita peringati sebagai tahun baru Hijrah (1 Muharram 1419), adalah peristiwa yang di dalamnya tersimpan suatu kebijaksanaan sejarah (sunnatullah) agar kita senantiasa mengambil hikmah, meneladani, dan mentransformasikan nilai-nilai dan ajaran Rasulullah saw (sunnatur-rasul). Setidaknya ada tiga hal utama dari serangkaian peristiwa hijrah Rasulullah, yang agaknya amat penting untuk kita transformasikan bagi konteks kekinian.

Pertama, adalah transformasi keummatan. Bahwa nilai penting atau missi utama hijrah Rasulullah beserta kaum muslimin adalah untuk penyelamatan nasib kemanusiaan. Betapa serangkaian peristiwa hijrah itu, selalu didahului oleh fenomena penindasan dan kekejaman oleh orang-orang kaya atau penguasa terhadap rakyat kecil. Pada spektrum ini, orientasi keummatan mengadakan suatu transformasi ekonomi dan politik.

Kebijaksanaan hijrah, sebagai sunnatullah dan sunnatur-rasul, di mana masyarakat mengalami ketertindasan, adalah merupakan suatu kewajiban. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, orang yang mampu hijrah tetapi tidak melaksanakannya disebut sebagai orang yang menganiaya dirinya sendiri (zhalim). sebab luasnya bumi dan melimpahnya rezeki di atasnya, pada dasarnya memang disediakan oleh Allah untuk keperluan manusia. Karena itulah, jika manusia atau masyarakat mengalami ketertindasan, Allah mewajibkan mereka untuk hijrah (QS 4: 97-100).

Tujuan dari hijrah, dalam visi al-Qur’an itu, agar manusia dapat mengenyam ‘kebebasan’. Jadi tidak semata-mata perpindahan fisik dari satu daerah ke satu daerah lain, apalagi hanya sekadar untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan politik belaka, melainkan lebih dari itu melibatkan hijrah mental-spiritual, sehingga mereka memperoleh ‘kesadaran baru’ bagi keutuhan martabatnya. Hijrah Nabi ke Madinah, telah terbukti mampu mewujudkan suatu kepemimpinan yang di dalamnya berlangsung tatanan masyarakat berdasarkan moral utama (makarimal akhlaq), suasana tentram penuh persaudaraan dalam pluralitas (ukhuwah) dan pengedepanan misi penyejahteraaan rakyat (al-maslahatu al-ra’iyah).

Kedua, adalah transformasi kebudayaan. Hijrah dalam konteks ini telah mengentaskan masyarakat dari kebudayaan jahili menuju kebudayaan Islami. Jika sebelum hijrah, kebebasan masyarakat dipasung oleh struktur budaya feodal, otoritarian dan destruktif-permissifistik, maka setelah hijrah hak-hak asasi mereka dijamin secara perundang-undangan (syari’ah). Pelanggaran terhadap syari’ah bagi seorang muslim, pada dasarnya tidak lain adalah penyangkalan terhadap keimanan atau keislamannya sendiri. Bahkan lebih dari itu, pelanggaran terhadap hak-hak aasasi yang telah dilindungi dan diatur dalam Islam, akan dikenai hukum yang tujuannya untuk mengembalikan keutuhan moral mereka dan martabat manusia secara universal.

Nilai transformatif kebudayaan berasal dari ajaran hijrah Rasulullah, dengan demikian pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan keutuhan moral dan martabat kemanusiaan secara universal (rahmatan lil-‘alamiin). Mengenai apa saja martabat kemanusiaan atau hak-hak asasi –yang merupakan pundamen utama suatu kebudayaan– yang dilindungi Islam, al-Qur’an telah menggariskan pokok-pokoknya seperti perlindungan fisik individu dan masyarakat dari tindakan badani di luar hukum, perlindungan keyakinan agama masing-masing tanpa ada paksaan untuk berpindah agama, perlindungan keluarga dan keturunan, perlindungan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum, perlindungan untuk menyatakan pendapat dan berserikat dan perlindungan untuk mendapatkan persamaan derajat dan kemerdekaan.

Ketiga, adalah transformasi keagamaan. Transformasi inilah, yang dalam konteks hijrah, dapat dikatakan sebagai pilar utama keberhasilan dakwah Rasulullah. Persahabatan beliau dan persaudaraan kaum Muslimin dengan kaum Yahudi dan Nasrani, sesungguhnya adalah basis utama dari misi (kerisalahan) yang diemban Rasulullah. Dari sejarah kita mengetahui, bahwasanya yang pertama menunjukkan ‘tanda-tanda kerasulan’ pada diri Nabi, adalah seorang pendeta Nasrani yang bertemu tatkala Nabi dan pamannya Abu Thalib berdagang ke Syria. Kemudian pada hijrah pertama dan kedua (ke Abesinia), kaum muslimin ditolong oleh raja Najasy. Dan pada saat membangun kepemimpinan Madinah, kaum muslimin bersama kaum Yahudi dan Nasrani, bahu-membahu dalam ikatan persaudaraan dan perjanjian. Karena itulah, pada masa kepemimpinan Nabi dan sahabat, Islam secara tertulis mengeluarkan undang-undang yang melindungi kaum Nasrani dan Yahudi. Wallahu ‘l hâdi ilâ sabîlirrasyâd!

Menyongsong Tahun Baru Hijriyah
“Dan katakanlah! Beramallah maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: At-Taubah:105)

Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Benar sekali kata seorang ulama besar Tabi’in, bernama Hasan Al-Basri, “Wahai manusia sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari, setiap hari berkurang, berarti berkurang pula bagaianmu.” Umar bin Khatab berkata, “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.” Wallahu a’lam bishshowab…
Saya akhiri,
Billahi taufik wal hidayah…. Hadanallahu wa’iyyakum ajma’in… akhiran… aqulu lakum…
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Diposkan oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A. (Silahkan menukil dengan menyebut sumbernya) di 00.58

KHUTBAH IDUL FITRI

SENDI-SENDI KEMENANGAN
الله اكبر 7 مرات
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ, تَبْصِرَةً ِلأُولِى اْلأَلْبَابِ , وَأَوْدَعَهُ مِنْ فُنُوْنِ اْلعُلُوْمِ وَالْحِكَمِ العَجَبِ الْعُجَابِ , وَ جَعَلَهُ أَجَلَّ الْكُتُبِ قَدْرًا وَأَغْزَرِهَا عِلْمًا وَ أَعْذَبِهَا نَظْمًا وَ أَبْلَغِهَا فِى الْخِطَابِ قُرْآناً عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ وَ لاَ مَخْلُوْقٍ وَ لاَ شُبْهَةٍ فِيْهِ وَ لاَ ارْتِيَابٍ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ اْلأَرْبَابِ الَّذِي عَنَتْ لِقَيُّوْمِيَّتِهِ الْوُجُوْهُ وَخَضَعَتْ لِعَظَمَتِهِ الرِّقَابُ. وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ مِنْ أَكْرَمِ الشُّعُوْبِ وَأَشْرَفِ الشِّعَابِ إِلَى خَيْرِ أُمَّةٍ بِأَفْضَلِ كِتَابٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الأَنْجَابِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyirol mu’minin wal mu’minaat raimakumullahBangsa arab sebelum diutusnya Rasulullah saw dalam keadaan Ummi yang diliputi kegelapan dari semua sisinya sebagaimana dijelaskan Al Quran dalam surat Al Jumah ayat 2 sbb.
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Jazirah Arabia dipenuhi dengan gelombang syahwat dan kemaksiatan. Kedzoliman merajalela. Yang kuat memangsa yang lemah sehinga tiada seorangpun yang merasa aman atas dirinya, keluarganya dan hartanya. Duniapun demikian gelap yang membutuhkan penyelamat yang mengeluarkan manusia dari kesesatan menuju petunjuk Islam yang terang benderang. Dari kebodohan menuju dunia ilmu pengetahuan dan dari kedzoliman menuju keadilan dan kesejahteraan. Dalam keadaan demikianlah Rasulullah saw diutus untuk mengembalikan menusia kepada penyembahan Pencipta alam semesta yaitu Allah SWT.
Rasulullah tidak merasa tenang ketika melihad dunia penuh kedzoliman, kesesatan dan penyembahan kepada thoghut , maka diturunkanlah firman allah :
Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. ( al Muddatstsir 1-7)
Ayat-ayat ini memberitahukan kepada Rasuluillah saw bahwa masa kegelapan harus sirna untuk menghadapai semua itu beliau diharuskan menyingsingkan lengan baju untuk bangkit menggapai kemanangan.Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sekarang ini tengah dilanda oleh berbagai macam krisis: krisis keimanan krisis moral, krisis ketenangan jiwa, krisis keluarga, krisis kepemimpinan dsbMarilah kita melihat dan mencontoh apa yang dilakukan nya untuk membangkitkan bangsa Arab?
Bagimana seorang diri menghadapi dunia dan hendak merobahnya untuk menggapai kemenangan? Allah SWT membimbing RasulNya, juga semua da’I agar meniti lima prinsip kemenangan yang dijelaskan dalam awal surat al Muddatstsir.yaitu:
1. Hanya Allah yang diagungkan
2. Melakukan tazkiyatunnafs dan Membersihkan penampilan
3. Menjauhi kesyirikan
4. Berani berkorban
5. Bersabar dalam perjuanganMarilah kita menguak sedikit lima prinsip menuju kemenangan ini;Pertama, hanya Allah yang paling diagungkan
Setiap da’I yang ingin membangun masa depan gemilang harus yakin bahwa Allah harus dijadikan dalam dirinya sebagai yang paling diagungkan. Karena Allahlah yang menyebabkan kita menang dan hanya Allahlah Yang Maha Besar. Kita harus menyandarkan diri kita kepada Allah dalam segala halnya. Cobalah perhatikan! Ketika pengikut Thalut mau berperang melawan Jalut, mereka meminta kepada Allah dilimpahkan kesabaran dan dikokohkan pendirian dan langkah mereka dimana mereka beerkata:
Artinya: Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.( Al Baqoroh 250)Kedua: Melakukan tazkiyatunnafs dan membersihkan penampilan.
Para Nabi adalah makhluk pilihan dan da’i pilihan. Walaupun Allah telah menyempurnakan akal dan anugerah kepada mereka akan tetapi Allah memeruntah mereka untuk melakukan pensucian jiwa sebelum menyampaikan dakwah. Rasulullah saw diperintah Allah untuk melakukan qiyamullail agar bisa mengemban amanah dakwah. Sebagaimana difirmankan Allah :Artinya: Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (al Muzammil 1-5)Ketika Allah swt. Mengutus para Rusul dengan membawa petunjuk dan dijadikan sebagai pemimipin umat manusia, tidak membiarkan mereka tanpa pengarahan untuk memiliki bekal, sebagaimana ditegaskan Allah sbb.Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (Al Anbiya 73)Pensucian jiwa merupakan bekal penting untuk menghadapi thoghut seperti Fir’aun. Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Nabi Harun a.s. sbb:

Artinya: Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; (Thohaa 42)
Mengemban beban dakwah yang diwariskan para Nabi tidak akan mampu dipikul kecuali oleh orang-orang yang memiliki kemauan kuat dan cita-cita tinggi. Beban ini tidak bisa dipikul kecuali oleh orang-orang yang memiliki taazkiyatunnafs dan cara-cara bertaqarrub kepada Allah .

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (al Ankabut 69)

Untuk menggapai kemenangan umat ini hatrus membersihkan diri dari berbagai kekotoran akidah, kekotoran akhlak, kekotoran kehidupan dan kekotoran lainnya. Benak kita harus bersih dari niat dan fikiran kotor. Mulut kita harus terlepas dari omongan yang tidak ada gunanya, omongan jorok dan kotor. Hati kita tidak ada su’udzon dan niat yang jelek. Semua anggota badan kita tidak memiliki tanda-tanda kekufuran dan kekotoran tradisi. Sebagi da’I , kita wajib membersihkan penanmpilan kita. Kita harus tampil sebagai muslim kaffah, penuh kelembutan dan kasih sayang.

Ketiga, Menjauhi segala bentuk kekufuran dan kesyirikan
Kesyirikan adalaj penyebab turunnya siksa dunia dan akhirat. Jalan dakwah adalah jalan lurus yang tiada kesyirikan sedikitpun.

Allah berfirman : Artinya: “dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al An’am 153)
Kesyirikan adalah penyebab pokok munculnya krisis moral. Krisis moral adalah penyebab lahirnya semua krisis di dunia. Sedangkan keimanan adalah penyebab turunnya berkah dari langit dan bumi. Allah berfirman.” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(Al a’rof 96)
Secara individu, kalau ingin bangkit menuju masa depan yang baik harus rasional dan jauh dari kesyirikan. Demikian juga suatu bangsa bila ingin bangkit maka harus menjauhkan semua prinsip kekufuran dan kesyirikan. Tayangan media elektronik dan berita-berita di berbagai media cetak harus dijauhkan dari prinsip-prinsip kesyirikan.Keempat, Harus berani berkorban untuk agama Allah.
Ayat 6 dari Al Muddatstsir menyatakan : dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Ayat ini mendorong kita untuk memberikan pengorbanan menuju puncak kemenangan dan tidak mengajarkan untuk mendapatkan sesuatu tanpa usaha.
Ada tiga unsur utama yang diperlukan untuk membangun umat. Pertama: Risalah, Kedua: keyakinan terhadap risalah. Dan ketiga: Orang-orang yang mau berkorban memperjuangkan risalah tersebut.
Bagi umat Islam, risalahnya adalah ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Dengan demikian, tak perlu mencari atau menkodifikasi risalah lain karena Islam sejak lima belas abad yang lalu telah final, dengan arti bahwa ajaran-ajarannya telah sempurna (kamil), mencakup seluruh aspek kehidupan (syamil), dan sesuai bagi semua masa dan bangsa (alami).
Keyakinan semacan ini haruslah mendarah daging pada setiap individu muslim. Keyakinan bahwa hanya Islamlah agama yang haq dan yang lain itu batil. Semakin dalam kayakinan umat terhadap risalahnya ini, semakin besarlah kemungkinan untuk menjadi figur yang berkriteria jempolan.
Kemudian, risalah dan keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap risalah itu saja tidak cukup untuk membuat umat leading. Diperluakan sejumlah orang-orang yang mau berkorban memperjuangkan. Yaitu berkorban dengan jiwa, harta, waktu, kedudukan dan segala yang dimiliki. Karena sebagaimana telah diketahuai bersama bahwa pertentangan nilai antara yang haq dan yang batil itu akan senantiasa kontinyu hingga runtuhnya bumi. Dan perlu diingat bahwa keagungan dan kebenaran yang haq itu belum menjadi aturan kemenangan, karena terkadang yang batil dengan siasatnya mampu menjadi pemain utama.Kelima, Bersabar di jalan dakwah
Jalan dakwah menuju kemenangan tidaklah bertaburan bunga tapi penuh dengan onak dan duri. Tidak pernah seorang rosul ataupun da’I yang memperjuangkan agama Allah tanpa tantangan. Inikah yang mengharuskan kita bersabar dan melipatgandakan kesabaran.
Allah berfirman:
Artinya: Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al Hijr 97-99)Dalam ayat lain disebutkan :
Artinya: Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.(thoha 130)Dr. Yusuf al Qardlowi mengisyaratkan rahasia disatukannya perintah sabar dengan perintah bertasbih sbb: “Allah memerintah bertasbih setelah perintah bersabar dalam beberapa ayat, barangkali rahasianya bahwa tasbih membekali manusia strum rohani yang akan meringankan pahitnya kesabaran dan melapangkan kesempitan dada.”[1]Bahkan lebih dari itu, kesabaran mampu merubah ujian da’I menjadi pujian dan anugerah, dan merubah penjaranya menjadi surga yang rindang. Ibnu Taimiyyah berkata : “apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku kepada-Ku ? Surgaku dan tamanku berada dalam dadaku, kemana saja Aku pergi akan selalu bersamaku dan tidak pernah berpisah denganku. Memenjarakanku bagaikan melakukan khulwah, membunuhku berarti membuatku syahid, mengusirku dari negriku sama dengan rihlah bagiku.”
Itulah lima sendi sebagai awal langkah untuk menggapai kemenangan dqan setiap mukmin yang da’I harus mnetapi jalan ini unutk mencapai masa depan yang gemilang.
Bangsa Indonesia sangat membutuhkan rakyat yang memegang eguh 5 sendi kemenangan tersbut untuk menuju Indonesia gemilang di masa yang akan datangDoa penutup:

Marilah kita berdoa pada penutup khutbah ini semoga dikabulkan semua permohonan kita

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ

Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.

اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.

اللهم عذِّبِ الكَفَرَةَ الذين يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَكََّ

Ya Allah siksalah orang kafir yang menghalangi jalan-Mu, dan mendustai rasul-rasul-Mu, membunuh kekasih-kekasih-Mu..

اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.

اللهم فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ العالمين

Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.

اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللهم إنا نسألك من الخير كله ما علمنا منه ، وما لم نعلم ، وباسمك العظيم الذي إذا دعيت به أجبت ، وإذا سئلت به أعطيت و نسألك أن تغفر لنا ذنوبنا و لوالدينا و لجميع المسلمين و المسلمات.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِنا دِينِنا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِنا دُنْيَاناَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِنا وَأَصْلِحْ لِنا آخِرَتِنا الَّتِي فِيهَا مَعَادِنا وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Ya Allah, Perbaikilah untuk kami agama kami, Yang menjadi benteng segala urusan kami. Perbaikilah urusan dunia kami, Yang di dalamnya terdapat penghidupan kami
Dan perbaikilah akhirat kami yang akan menjadi tempat kembali kami, Jadikanlah hidup ini wadah bertambahnya segala kebaikan bagi kami, Dan jadikanlah mati sebagai titik henti untuk kami dari segala keburukan

اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَلِسَانًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ
Ya Allah kami memohon kepadaMu keteguhan dalam melaksanakan ajaranMu dan kekuatan tekad untuk menepati jalan petunjuMu
Kami memohon kepadaMu untuk dapat mensyukuri ni’matMu dan beribadah menghambakan diri dengan baik kepadaMu
Kami memohon kepadamu hati yang suci sejahtera dan lisan yang jujur
Kami memohon kepadaMu kebaikan yang Engkau Maha Mengetahuinya
Dan kami berlindung kepadaMu dari kejahatan yang Engkau Maha Mengetahuinya

اللَّهُمَّ إِنّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِنا وَدُنْيَاناَ وَأَهْلِنا وَمَالِنا اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْراَتِنا وَآمِنْ رَوْعَاتِنا اللَّهُمَّ احْفَظْنِا مِنْ بَيْنِ أيَدَيناَ وَمِنْ خَلْفِنا وَعَنْ يَمِينِنا وَعَنْ شِمَالِنا وَمِنْ فَوْقِنا ونَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنا

Ya Allah kami mohon kepadaMu, keampunan dan kesejahteraan bagi agama dan urusan dunia kami, bagi keluarga dan harta kami
Ya Allah tutuplah aib dan cela kami, Dan ubahlah rasa takut kami menjadi rasa aman damai, Peliharalah kami dari depan dan dari belakang kami, Dari Kanan dan dari kiri kami, Dan dari atas kami dan dari bawah kami, Dan kami berlindung di bawah kemahaagunganMu, Dari malapetaka yang ditimpakan kepada kami, Dari arah bawah kami, Ya Allah ampunilah kesalahan kami, ketidaktahuan kami, Dan sikap berlebih lebihan kami dalam urusan kami, Dan hal hal yang engkau lebih tahu dari kami
Ya Allah ampunilah dosa dosa kami yang dilakukan dengan sungguh, Sungguh dan main main, Ketidaksengajaan kami dan kesengajaan kami
اللَّهُمَّ إِنِّا عَبْيدُكَ وَابْناءُ عَبْيدِكَ وَابْناءُ إمائِكَ نَاصِيَتِنا بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّنا حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيناَ قَضَاؤُكَ نَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْوبنا وَنُورَ صَدْورنا وَجِلَاءَ أحُزاْننا وَذَهَابَ همومناِّ

Ya Allah,
Kami adalah hamba-hambaMU, anak-anak dari hamba-hambaMu, ubun-ubun kami di tanganMu, ketentuanMu terlaksana pada diri kami, keputusanMu sangat adil pada kami, Kami memohon kepadaMu dengan seluruh asma yang Engkau mliki, yang Engkau namakan diriMu dengan asma itu, dan Engkau wahyukan asma itu dalam kitabMu atau Engkau ajarkan asma itu kepada salah seorang hambaMu atau Engkau Khsususkan asma itu untuk diriMu dalam ilmu ghaib di hadiratMu, kami mohon kepadaMu agar jadikan Alquran yang agung ini sebagai tanaman yang subur di hati kami, cahaya terang di dada kami, menjadi penyirna kesedihan kami, dan penghapus keresahan dan kedukaan kami.

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا
اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ أَحْيِنِا مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِنا وَتَوَفَّنِا إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِنا وَنَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَكَلِمَةَ الْإِخْلَاصِ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ وَنسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ وَقُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَنَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بِالْقَضَاءِ وَبَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَلَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَفِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ

Ya Allah Kami mohon kepadaMu rasa takut kepadaMu di saat dilihat orang ataupun tidak dilihat .
Kami memohon kepadaMu ucapan hak di saat marah dan di saat hati lega. Aku memohon kepadaMu keni’matan yang tiada habis-habisnya dan kesenangan batin yang tiada putus-putusnya
Kami memohon ridlo setelah datang keputusnMu dan rasa kesejukan hidup ssetelah mati
Dan kami memohon kepadaMu kelezatan memandang wajahMu yang Mulia dan kerinduan untuk berjumpa dengan Mu dengan tanpa mengalami kesengsaraan yang memudlorotkan dan tanpa mengalami ujian yang mengakibatkan kesesatan
Yaa Allah Hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami pembawa petunjuk jalan yang berjalan di naungan hidayahMu

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Wahai Tuhan kami, Karuniakan kepada kami Kebaikan di dunia Dan di akhirat, Dan peliharalah kami Dari adzab api neraka

وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ

[1] LIHAT kitab As Shobr Fil Quran karangan dr. Yusuf al Qordlowi hal. 24.

Diposkan oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A. (Silahkan menukil dengan menyebut sumbernya)

Pentingnya Akhlaq dalam Islam

oleh Hartono Ahmad Jaiz

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan aneka keni’matan bahkan hidayah kepada kita. Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Dalam rangkaian taqwa itu, perlu kita sadari, Islam mendudukkan akhlaq sebagai satu hal yang penting. Apabila aqidah (keyakinan) itu dalam bentuk batin manusia maka akhlaq adalah bentuk lahir.

Tidak ada pemisahan antara aqidah dan akhlaq, maka dalam hadits:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا ».

Paling sempurnanya iman orang mukmin adalah yang paling bagus akhlaq mereka, dan yang paling terpilih di antara kamu sekalian adalah yang paling terpilih akhlaqnya terhadap isteri-isteri mereka. (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih, dan Ibnu Hibban, Al-Baihaqi, dari Abi Hurairah).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ » البخاري ومسلم وأبو داود

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, di antara pengarahan Al-Qur’an dalam mengagungkan urusan akhlaq adalah firman Allah Ta’ala:

) وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (.

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqon [25] : 63)

Juga ayat:

) وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ * وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (.

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman [31] : 18, 19)

Juga ayat:

) إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl [16] : 90)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengarahkan pentingnya akhlaq:

عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ ». صحيح سنن أبي داود

Dari Aisyah rahimahallah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya mukmin itu dengan kebagusan akhlaqnya pasti mencapai derajat orang yang puasa (siang hari) dan orang yang berdiri (shalat malam hari).” (HR. Abu Dawud Shahih No. 4798).

Di hadits lain diriwayatkan:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».

Dari Abu Dzar , ia berkata, Rasulullah —shallallahu ‘alaihi wa sallam— bersabda kepadaku: “Taqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan berakhlaqlah kepada manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ ».

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah —shallallahu ‘alaihi wa sallam— ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke surga, maka beliau bersabda: “Taqwa kepada Allah dan bagusnya akhlaq.” Dan beliau ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke neraka, maka beliau bersabda: “mulut dan farji (kemaluan)” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits Shahih Gharib, dan Ibnu Majah).

عن ابن مسعود – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( ألا أخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّار ؟ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّار ؟ تَحْرُمُ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ ، هَيّنٍ ، لَيِّنٍ ، سَهْلٍ )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديث حسن غريب)) قال الألباني ( صحيح لغيره ).

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Maukah aku khabarkan kepada kamu sekalian siapakah yang haram atas neraka? Atau siapakah yang neraka haram atasnya? Neraka haram atas setiap orang yang (akhlaqnya) dekat (kepada manusia), rendah hati, lembut, dan mudah (baik perangainya). (HR. At-Tirmidzi, ia berkata Hasan Gharib)

Al-Mawardi berkata, dengan hadits ini dijelaskan bahwa bagusnya akhlaq itu memasukkan pelakunya ke surga dan mengharamkannya atas neraka, karena bagusnya akhlaq itu adalah ungkapan (ekspresi) dari keadaan manusia yang mudah perangainya, lemah lembut, wajah berseri-seri, tidak membuat orang lari, bagus ucapannya; tetapi sifat-sifat ini terbatas seukurannya pada tempat-tempat yang berhak untuk disikapi demikian. Karena apabila melebihi batas yang baik maka menjadi merunduk-runduk, dan bila diselewengkan dari fungsinya maka menjadi pura-pura (kamuflase). Merendah-rendah adalah hina, sedang pura-pura (kamuflase) adalah tercela. (Al-Munawi, Faidhul Qadir juz 3/hal. 136).

عن أَبي ذَرٍّ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ لي رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئاً ، وَلَوْ أنْ تَلْقَى أخَاكَ بوَجْهٍ طَلْقٍ )) رواه مسلم .

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Jangan sampai kamu meremehkan kebajikan sedikitpun, walaupun (hanya) untuk menjumpai saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.’ (HR Muslim).

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan tingginya kedudukan akhlaq.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ ».( أحمد) قال الشيخ الألباني : ( صحيح )

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 2349).

Sungguh telah terjadi dalam kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bentuk sempurna yang agung yaitu penerapan nyata akhlaq Qur’ani dan Nabawi.

Beliau sebagaimana perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنِ الْحَسَنِ قَالَ : سُئِلَتْ عَائِشَةُ عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَتْ : كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ. (أحمد)

Dari Al-Hasan ia berkata: Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia menjawab: Akhlaqnya adalah al-Qur’an. (HR Ahmad, Shahih menurut Syu’aib Al-Arnauth).

Artinya mengikuti dan terikat dengan pengarahan Al-Qur’an. Benarlah Allah yang berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab [33] : 21)

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam [68] : 4)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, sungguh orang salafus shalih dari para sahabat, tabi’in dan lainnya berada pada manhaj (jalan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meneladani akhlaq dan beramal dengannya.

Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu didatangi Uyainah bin Hishn yang berkata:

يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ ، وَمَا تَحْكُمُ بَيْنَنَا بِالْعَدْلِ . فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ بِأَنْ يَقَعَ بِهِ فَقَالَ الْحُرُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ – صلى الله عليه وسلم – ( خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ) وَإِنَّ هَذَا مِنَ الْجَاهِلِينَ . فَوَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلاَهَا عَلَيْهِ ، وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ . (رواه البخاري)

Hei anak Al-Khatthab, wallohi, kamu tidak banyak memberi kami, dan kamu tidak memerintah di antara kami dengan adil”, maka Umar marah sehingga ingin memukulnya, maka Al-Hurr berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam:

) خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ« (. [ سورة الأعراف: 199]

Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf [7] : 199).

Dan sesungguhnya orang ini termasuk orang-orang yang bodoh. Maka demi Allah, Umar tidak melanggarnya ketika telah dibacakan ayat itu atasnya, dan dia senantiasa berdiri di sisi kitab Allah (mengamalkannya dan tidak melanggarnya). (HR Al-Bukhari)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .

—Khutbah Kedua—

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَب الْعَالَميْنَ.

Tauhid vs Syirik

oleh Fathuddin Jafar

إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)

Kaum muslimin rahimakumullah…

Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan….

Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an :

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. (QS. Al-Ahzab [33] : 56)

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Terlepas dari manapun asal-usulnya, maka setiap pergantian tahun Masehi tiba, umat Islam yang konsisten terhadap agamanya menghadapi berbagai hal yang dilematis di negerinya sendiri. Mereka seakan digiring melakukan berbagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh kaum Kristiani. Lebih dari itu, bisa saja mereka dituduh tidak toleransi jika mereka menolak dan mengkritisi berbagai kegiatan yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Tauhid yang mereka yakini seperti, mengucapkan selamat natal, menyalakan lilin, melakukan pesta dan perayaan pergantian tahun baru Masehi sambil menyalakan kembang api, begadang semalam suntuk di jalanan, di tempat-tempat hiburan, di lapangan, di tepi pantai menunggu saat pergantian tahun baru Masehi dan tak jarang pula dilakukan sambil pesta seks dan mabuk-mabukan.

Para ulama dan berbagai ormas Islam lumpuh dan tidak berdaya menghadapi serangan badai budaya dan kegiatan agama lain terhadap umat Islam yang sudah berjalan puluhan tahun. Sepuluh tahun terakhir, khususnya sejak reformasi, serangan tersebut semakin menggila dan seakan tidak terbendung lagi. Faktanya, puluhan ribu manusia yang berkumpul di berbagai tempat pesta malam tahun baru Masehi adalah sebagian besarnya umat Islam. Puluhan ribu yang memadati jalan-jalan raya, sebagian besar mereka adalah kaum Muslimin. Puluhan ribu yang meniup terompet dan memyalakan kembang api di malam tahun baru Masehi, mayoritasnya adalah kaum Muslimin. Puluhan ribu manusia yang berjubel di berbagai tempat, pantai, puncak gunung dan lapangan sambil bersorak sorai saat malam pergantian tahun baru Masehi tiba adalah mayoritasnya umat Islam. Tahun demi tahun, intensitas merayakan tahun baru Masehi dan keterlibatan umat Islam di negeri yang mayoritas Muslim ini semakin tinggi dan semakin bebas. Ajaran Islam sudah tidak lagi dilibatkan dalam menilai dan menimbang aktivitas yang mereka lakukan.

Lebih ironis lagi, sebagian ulama atau tokoh Islam memberikan green light dan pembenaran terhadap fenomena yang bertentangan dengan Islam tersebut. Demikian juga Pemerintah seakan menyerukan agar semua bangsa yang ada di negeri ini, apapun agama mereka, khususnya kaum Muslimin, harus merespon positif terhadap apa yang sudah menjadi budaya dan tradisi umat Kristiani itu. Umat Islam dicekoki dengan berbagai doktrin dan pemahaman sesat agar mereka menerima dan menyambut gembira apa yang dilakukan umat lain, kendati nyata-nyata bertentangan dengan ajaran dasar agama mereka. Di antara doktrin sesat tersebut ialah : agama itu sama, toleransi beragama, boleh mengucapkan selamat tahun baru dan sebagainya. Kalau tidak setuju dan mendukung, bisa dituduh dengan berbagai tuduhan dan berbagai label negatif seperti fundamentalis, ektrimis, fanatik, tidak toleran dan bahkan bisa juga sebagai teroris.

Kaum Muslimin Rahimakumullah…

Allah menurunkan Islam sebagai agama Tauhid. Tauhid ialah, megesakan Allah dalam ketuhanan Rububiyyah (penciptaan dan perbuatan), Uluhiyyah (ibadah dan sistem hidup) dan dalam Al-Sama’ wa Ash-shifat (nama-nama dan sifat). Sebab itu, pengertian kalimat Tauhid/Syahadat : لا اله الا الله adalah : Tidak ada tuhan apapun di dunia yang berhak disembah, ditaati, dikagumi, dibesarkan dan dicintai selain Allah. Hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan di taati. Karena Dialah yang meciptakan manusia dan alam semesta ini. Sebab itu, semua sistem hidup yang Dia ciptakan untuk manusia terjamin kecanggihan dan kebaikannya untuk manusia di dunia dan juga di akhirat.

Adapun Syirik ialah, meyakini ada tuhan lain yang berhak disembah, ditaati, dikagumi, dicintai dan dibesarkan selain Allah. Apapun jenis dan bentuknya, apakah tuhan tersebut patung yang diukir, nabi, orang shaleh, makhluk halus dan sebagainya. Bila ada keyakian dalam diri seseorang bahwa ada tuhan lain selain Allah, baik disembah langsug ataupun tidak langsung seperti hanya untuk wasilah (perantara), maka keyakinan tersebut disebut “SYIRIK”. Artinya penyertaan tuhan lain dengan tuhan Allah. Keyakinan seperti itu sudah tidak Tauhid lagi dan sudah tercampur dengan syirik atau kemusyrikan.

Sebab itu, Tauhid itu adalah lawan atau versus Syirik. Tauhid yang diajarkan Islam yang dibawa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sama dengan Tauhid yang diajarkan Ibrahim ‘alaihissalam. Tauhid yang terbebas dari syirik atau menyekutukan Allah dengan apapun dan dengan siapapun. Tauhid yang mengajarkan penganutnya agar mengesakan Allah dalam keyakinan, dalam ibadah, dalam sistem kehidupan, dalam budaya, dalam mu’amalah dan dalam akhlak.

Seperti itulah ajaran Tauhid yang datang dari Allah. Di luar itu, berarti datang dari manusia. Tauhid yang datang dari Allah adalah yang logis dan dapat diterima akal sehat. Sedangkan yang datang dari manusia adalah yang sulit dipahami akal sehat kecuali dengan mematikan daya nalar itu sendiri.

Keajaiban penciptaan Isa yang tanpa bapak itu tidak logis menjadi sebab ia berhak dipertuhankan. Jika demikian logikanya, kenapa tidak nabi Adam yang lebih berhak dijadikan tuhan pendamping Allah? Bukankah Adam lahir tanpa bapak dan ibu? Allah berfirman :

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa itu di sisi Allah sama dengan perumpamaan (penciptaan ) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudia Dia berkata : Jadilah. Maka jadilah ia (Adam). (QS. Ali Imran [3] : 59)

Sebab itu, tidak ada yang istimewa dan yang sangat menakjubkan dari penciptaan Isa itu di sisi Allah. Pencinptaan Isa di sisi Allah sama saja dengan penciptaan Adam. Sebab itu, tidaklah pantas dan tidak logis apabila Isa dinobatkan atau diakui sebagai Tuhan yang disekutukan dengan Allah. Apalagi disebut sebagai anak Allah. Keyakinan dan ungkapan kemusyrikan tersebut amatlah membuat Allah menjadi murka.

Akibat keyakinan dan ucapan kemusyrikan itu, bukan saja Allah yang marah dan murka, akan tetapi, langit, bumi dan gunungpun ikut memprotes dan marah disebabkan ulah manusia yang menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya dan tidak ada kemungkaran yang melebihi dari menuduh Allah memiliki anak. Allah berfirman :

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آَتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93) لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا (94) وَكُلُّهُمْ آَتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا (95)

Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak (88) Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, (89) hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (90) karena mereka menyebut Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak (91) Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (92) Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. (93) Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (94) Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (95) (QS. Maryam [19] : 88–85)

Kaum Muslimin rahimakumullah….

Maka Tauhid yang datang dari Allahlah yang akan mendapatkan kecintaan dan keridhaan-Nya. Sedangkan keyakinan apapun yang datang dari hasil rekaan manusia tidak mendapatkan kecintaan dan keridhaan Allah, karena berlawanan dengan keinginan dan kehendak-Nya.

Sebagai Nabi dan Rasul terakhir, Allah menjelaskan kepada Muhammad shallallhau ‘alaihi wasalam penyimpangan akidah dan keyakinan Ahlul Kitab dan sumber penyimpangan itu, seperti yang difirmankan-Nya :

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30) اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (31)

Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikian itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka , bagaimana mereka sampai berpaling (dari Tauhid)? (30) Mereka juga menjadikan orang-orang alim (ulama) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (31) (QS. At-Taubah [9] : 30–31)

Sebagai Rasul terakhir, Allah memerintahkan Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam untuk mengajak manusia, termasuk Ahlul Kitab, Yahudi dan Nasrani untuk mengoreksi dan meluruskan pemahaman akidah dan keyakinan mereka yang sudah menyimpang dari Tauhid yang dibawa oleh para nabi Mereka sendiri.

Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar Tauhid yag datang dari Allah dan yang dibawa oleh para nabi dan Rasul-Nya, khususnya Ibrahim, harus diperkenalkan kepada semua umat manusia, khususnya kaum Ahlul Kitab, yakni Yahudi dan Nasrani agar mereka selamat dan terhindar dari prilaku menyekutukan Allah dengan manusia yang bernama Uzair dan Isa ‘alaihimassalam. Mereka itu tak lebih dari hamba yang Allah cintai dan sebagai Nabi yang mengajarkan Tauhid kepada manusia.

Sebab itu, sebagai umat Nabi Muhammad, kitalah yang berhak memperkenalkan dan menawarkan Tauhid yang benar itu kepada Ahlul Kitab itu, Yahudi dan Nasrani. Namun yang terjadi di negeri ini justru sebaliknya; merekalah yang giat mengenalkan kemusyrikan, ibadah, budaya, akhlak dan muamalah yang menyimpang itu kepada kita. Kalau kondisi seperti ini terus berlanjut, maka tunggulah kemarahan dan kemurkaan Allah turun pada kita sebagaimana dulu pernah turun kepada mereka. Allah berfirman :

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (65) هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68) وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (69) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (70) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (71) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آَمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آَخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (72) وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (73) يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (74) وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (76) إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (77)

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah saja dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim (berserah diri hanya kepada Allah) (64) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? (65) Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (66) Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus (akidahnya) lagi seorang Muslim dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (67) Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad/umat Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (68) Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. (69) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya)? (70) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? (71) Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). (72) Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu.” Katakanlah: “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”; (73) Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar (74) Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (bodoh). Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (75) (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (76) Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (77) (QS. Ali Imran [3] : 64–77)

Kaum Muslimin rahimakumullah….

Demikianlah khutbah ini, semoga Allah memelihara iman kita dan umat kita dari serangan kemusyrikan, ibadah, akhlak dan budaya menyimpang yang sedang melanda negeri ini. Semoga Allah anugerahkan kesempatan kembali kepada Tauhid dan keimanan bagi saudara kita yang terlanjur terbawa arus kemusyrikan dan berbagai bentuk penyimpangan. Dialah tempat kita meminta dan Dia jua tempat kita memohon perlindungan. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Al-Firdaus Al-A’la yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم

Merindukan Surga

oleh Fathuddin Jafar

إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)

Kaum muslimin rahimakumullah…

Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul SAW. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul SAW. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan. Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad SAW sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an :

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. (QS. Al-Ahzab [33] : 56)

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Setiap orang yang beriman pada Allah, Rsul-Nya dan hari akhir pasti merindukan surga. Ia merindukan surga bukan karena sudah bosan hidup di dunia, atau karena sudah tidak tahan menghadapi kesulitan kehidupan dunia. Akan tetapi, karena ia memahami dan meyakini bahwa kehidupan yang hakiki dan abadi hanyalah kehidupan surga. Sebanyak apapun uang yang dimilikinya dan setinggi apapun pangkat dan jabatan yang didukunnya semasa hidup di dunia ini tetap saja tidak dapat ia nikmati semuanya. Yang ia nikmati sebenarnya tidak lebih dari apa yang ia makan dan ia pakai dalam kesehariannya.

Uang yang melimpah dalam rekeningnya, tanah dan kebun yang luas yang dimilikinya, rumah yang besar yang dibelinya, kenderaan yang mahal yang diperolehnya, tetap saja sebagai tumpukan harta yang secara forlam miliknya, namun ia tidak bisa menikmati semuanya, apalagi saat ia sakit atau sedang menghadapi sakratul maut. Semuanya hanyalah banyang-bayang atau kepemilikan semu belaka. Hal inilah yang diperingatkan Allah dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ

Dihiaskan kepada manusia kecintaan syahawat berupa wanita, anak-anak, harta benda dari emas dan perak, dan kuda-kuda yang ditambatkan, dan binatang ternak, dan kebun. Semua itu hanya kenikmatan dunia semata, sedangkan di sisi Allah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imran [3] : 14)

Seperti apa orang yang merindukan surga itu dapat kita lihat pada generasi Islam pertama; para sahabat Rasul SAW. yang mulia dan generasi terbaik yang pernah Allah lahirkan ke atas dunia ini. Setelah masuk Islam, life style (gaya hidup) mereka benar-benar berubah dari life style yang menjadi trend dan berkembang dalam masyarakat jahiliyah menjadi life style generasi yang merindukan surga. Semua pencapaian duniawi yang mereka raih baik sebelum Islam maupun setelah masuk Islam bukan lagi dianggap sebagai standar keberhasilan bagi mereka. Siapa yang tidak kenal dengan Khadijah, Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Shuhaib Arrumi, Abdurrahman Bin Auh dan seterusnya? Rasululllah SAW benar berhasil mencetak mereka menjadi generasi akhirat dan pribadi-pribadi yang mencintai akhirat, meletakkan dunia ini di tepalak tangan mereka dan merindukan surga melebihi dari kerinduan mereka kepada ana-anak, istri-istri, harta, kampung halaman, tempat kelahiran dan sebagainya.

Bukti rindunya mereka kepada surga, Allah memberikan kepada mereka stempel “radhiyallahu ‘anhum” (Allah telah meridhoi mereka), padahal mereka masih hidup di dunia. Tidak ada di balik keridhaan Allah itu melaikan surga, seperti yang difirmankan-Nya :

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Dan orang-orang yang terdahulu (generasi pertama Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah telah meridhai mereka dan merekapun ridha kepada-Nya dan Dia (Allah) telah menyiapkan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya bermacam-macam sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Demikian itu adalah kesuksesan yang amat agung (tanpa batas). (QS. At-Taubah [9] : 100)

Demikianlah orang yang beriman. Ia sama sekali tidak tertipu oleh betapaun gemerlapnya dunia dan sebesar apapun dunia datang menghampirinya. Pandangannya terfokus kepada surga. Kerinduannya yang mendalam kepada surga bersemi dalam lubuh hati dan jantungya. Di matanya, dunia dengan segala fasilitas hidup yang Allah anugerahkan kepadanya dan betapapun banyaknya, tidak lebih dari modal yang ia gunakan semuanya untuk membeli tiket ke surga. Sebab itu, ia bersegera dan berlomba-lomba meraih tiket tersebut dengan mengerahkan segala potensi yang Allah berikan padanya seperti, ilmu, harta, pemikiran, tenaga dan bahkan nyawanya. Pikiran dan persaanya tertuju kepada sebuah kehiudpan yang hakiki nan penuh kebahagiaan, yaitu kehidupan surga. Tak seditikpun waktu, ilmu, harta dan tenaga ia sia-siakan. Semuanya ia curahkan untuk mengejar kehidupan surga. Persis seperti yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan Penciptamu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan dosa atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imran [3] : 133–136)

Kaum Muslimin Rahimakumullah…

Demikianlah di antara karakter dan sifat orang Mukmin yang merindukan surga sehingga kita melihatnya orang yang sangat sibuk beramal shaleh dan memperbaiki keimanan dan akhlaknya. Tidak ada satu detikpun waktunya yang terbuang percuma. Tidak satu katapun yang keluar dari mulutnya yang sia-sia, apalagi bernilai dosa. Tidak ada satu senpun uang yang ia peroleh kecuali ia belanjakan di jalan Allah dan untuk hal bermanfaat bagi dirinya, keluargnya dan masyarakatnya, bukan untuk ditumpuk dalam rekeningnya. Semua potensi yang Allah anugerahkan kepadanya ia arahkan untuk kepentingan akhiratnya demi mencapai surga yang ia rindukan.

Untuk sampai kepada pribadi yangh merindukan surga ada beberapa hal yang harus tertanam dalam diri kita dan menjadi habit (kebiasaan) dalam kehidupan sehari-hari kita.

1. Meyakini akhirat itu dan sifatnya kekal selama-lamanya. Di sana hanya ada dua tempat kehidupan; surga atau nereka. surga memiliki kenikmatan yang tidak pernah ada tandingannya di dunia. Ia hanya diberikan kepada orang-orang yang bertakwa pada Allah, sebagaimana Allah firmankan :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan Penciptamu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali-Imran [3] : 133)

Sedangkan neraka dengan segala macam azab dan siksaannya adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang durhaka dan membangkang kepada Allah dan para Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah [98] : 6)

2. Mengenal dan memahami sifat-sifat surga dan neraka. Mengenal dan memhami sifat-sifat surga akan mendorong kita bekerja keras untuk mencapainya. Apapun pengorbanan dan berapapun biaya untuk sampai ke sana, pasti dengan ringan dapat kita laksanakan. Hal ini digambarkan Allah dalam firman-Nya :

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah [9] : 111)

Demikian pula, pengetahuan kita yang lengkap dan mendalam terhadap neraka, mendorong kita untuk menghindarinya sekuat tenaga, sebagaimana firman-Nya :

رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (37)

Laki-laki (orang-orang) yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang (terbelalak). (QS. An-Nur [24] : 37)

3. Mengenal dan memahami betapa remeh, singkat dan kerdilnya dunia ini. Seringkali kita terkecoh oleh dunia dan berbagai kesenangannya. Hal tersebut dapat dilihat hampir semua konsentrasi pikiran, tenaga dan waktu kita berikan untuk meraihnya. Padahal sebanyak apapun penghasilan duniawi kita tidak akan bisa dibandingkan dengan janji kebaikan yang akan Allah berikan kepada kita di surga kelak. Apalagi faktanya, semua yang kita raih itu tidak bisa kita nikmati semuanya, kecual hanya sebagian kecil saja. Celakanya lagi, bila keinginan-keingan duniawi kita itu menyebabkan mata kita gelap sehingga tidak mempedulikan lagi halal dan haram. Musibah dan bencana pasti mengintai kita.

Oleh sebab itu, Allah SWT dan Rasul SAW. selalu mengingatkan kita agar tidak tertipu oleh dunia yang tidak seberapa dibandingkan kenikmatan akhirat yang dijanjikan Allah kepada kita. Kalaupun dunia Allah bentangkan kepada kita semuanya, haruslah kita jadikan sebagi biaya pembelian tiket kita ke surga. Bukan hanya dunia atau harta, bahkan nyawa kita juga anugerah dari Allah hrus siap kita korbankan di jalan Allah demi meraih surga yang dijanjikan-Nya. Allah menjelaskan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12)

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. Ash-Shaf [61] : 10–12)

Kaum Muslimin rahimakumullah….

Demikianlah khutbah ini, semoga Allah memelihara iman kita dan menjadikan iman kita iman yang melahirkan kerinduan kepada surga dan iman yang hidup yang mampu menggerakkan semua potensi diri dan harta yang Allah anugerahkan kepada kita untuk surga-Nya. Dialah tempat kita meminta dan Dia jua tempat kita memohon perlindungan. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di surga Al-Firdaus Al-A’la yang paling tinggi bersama Rasul SAW, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم

Al-Qur’an Mengeluarkan Manusia Dari Kekufuran dan Kesyirikan

oleh Hartono Ahmad Jaiz

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.

Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Untuk meningkatkan taqwa, marilah kita merenungkan tentang pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan. Dalam hal ini perlu kita sadari apa sebenarnya fungsi Al-Quran itu dan bagaimana kita memfungsikannya.

Al-Qur’anul Kariem adalah firman Allah Rabbil ‘alamien, yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.

هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(9)

“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.” (QS. Al-hadiid [57] : 9)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan,

{ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ } أي: من ظلمات الجهل والكفر والآراء المتضادة إلى نور الهدى واليقين والإيمان. تفسير ابن كثير – (ج 8 / ص 11)

“..supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya..” artinya mengeluarkan dari kegelapan-kegelapan jahil (kebodohan), kekafiran, dan pendapat-pendapat yang bertentangan (dengan kebenaran) menuju kepada cahaya petunjuk, keyakinan dan iman.

Sebagaimana Imam Al-Qurthubi memaknakan,

(مِنَ الظُّلُماتِ) وهو الشرك والكفر (إِلَى النُّورِ) وهو الايمان. تفسير القرطبي – (17 / 239)

“mengeluarkan dari dhulumat (مِنَ الظُّلُماتِ) yaitu dari syirik dan kekafiran (إِلَى النُّورِ) kepada iman.”

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, Allah menurunkan Al-Qur’an itu untuk mengeluarkan manusia dari kesyirikan, kekafiran, dan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan kebenaran, menuju kepada keimanan; namun ketika manusianya tidak mau memegangi dan merujuk kepada Al-Qur’an, maka tidak akan sampai kepada petunjuk dan iman. Walaupun mengaku beriman, namun ketika yang diikuti bukan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka jelas sesat. Karena Allah Ta’ala telah menegaskan:

فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ [يونس : 32]

“…maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Yunus [10] : 32)

Sehingga Al-Qur’an berfungsi mengeluarkan manusia dari kekufuran dan kemusyrikan kepada keimanan itu hanya bagi orang-orang yang mengimaninya, menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan, dan mentaatinya.

Menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dan mentaatinya itu artinya adalah mentaati Al-Qur’an dan As-Sunnah (yaitu Sunnah Rasul atau Hadits). Karena Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah dua hal pokok dalam Islam yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tidak boleh yang satu dipakai dan yang lain dibuang. Kedua-duanya wajib dipegangi dan ditaati.

Ketika yang diyakini dan ditaati bukan yang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka berarti manusia itu sendiri yang tidak mau memfungsikan Al-Qur’an untuk mengeluarkan dirinya dari kekufuran dan kemusyrikan menuju kepada iman.

Upaya untuk meningkatkan iman dengan memegangi Al-Qur’an apakah sudah dilaksanakan secara nyata. Mari kita menimbang diri. Betapa banyaknya orang yang bersemangat untuk mengikuti motivasi ini motivasi itu dengan tiket yang mahal pun mereka jalani beramai-ramai. Bahkan ajaran suatu motivasi tertentu yang sudah dinyatakan sesat oleh ulama pun tetap ramai-ramai mereka ikuti training-training atau latihan-latihannya, demi memotivasi diri agar lebih cerdas katanya.

Demikian pula resep ini dan itu demi kebugaran badan, tampaknya diburu di mana saja. Baik berupa tips-tipsnya maupun praktek olahraganya. Walaupun sampai menyangkut yang haram-haram, berpakaian tidak sesuai syari’at, dan bergaul campur aduk lelaki perempuan tanpa memedulikan aturan Islam. Semua itu mereka kejar, mereka pegangi, dan mereka praktekkan. Sebaliknya, untuk meningkatkan iman dan taqwa dengan membaca Al-Qur’an, mempelajari, mentatabburi, merenungi, mengimani, dan memparktekkannya; tampaknya tidak seperti semangat manusia ketika memburu aneka motivasi bikinan, dengan training-trainingnya, dan tips-tips kebugaran bikinan dengan aneka programnya.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Itulah kondisi di hadapan kita, dan itulah yang mungkin menyeret kita. Padahal, perlu kita sadari, semakin jauh menyingkirkan Al-Qur’an dari kehidupan seseorang maka semakin erat dengan kekafiran, kemusyrikan, dan kesesatan. Itulah sejatinya wadyabala syetan. Sebaliknya, semakin erat dengan Al-Qur’an dalam kehidupan seseorang maka ia semakin erat dengan iman. Itulah wali Allah, orang mu’min lagi taqwa. Dan selama seseorang memegangi Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidupnya dengan benar, istiqomah, konsekuen, maka tidak akan tersesat.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, pentingnya memfungsikan Al-Qur’an sebagai pengeluar dari kemusyrikan, kekafiran, dan kesesatan itu telah ditegaskan pula oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau menjamin bagi yang memeganginya.

…فَأَبْشِرُوا ، فَإِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ طَرْفُهُ بِيَدِ اللهِ وَطَرَفُهُ بِأَيْدِيكُمْ ، فَتَمَسَّكُوا بِهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَهْلِكُوا وَلَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا. (صحيح ) انظر حديث رقم : 34 في صحيح الجامع

“…maka berilah kabar gembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu ujungnya di tangan-tangan kalian, maka berpegang teguhlah dengannya, maka sesungguhnya kalian tidak akan binasa dan takkan sesat setelahnya selama-lamanya.” (Shahih, hadits nomor 34 dalam Shahih al-Jami’).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, bagaimanapun kita tidak boleh lepas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Hal itu karena Al-Qur’anul Karim memerintahkan kaum muslimin dengan segala kebaikan dan mencegahnya dari segala keburukan. Petunjuk-petunjuknya pun mencakup segala aspek, hingga tentang penyembahan yang benar dan menjauhi penyembahan yang salah pun diatur, bahkan merupakan aturan utama dan paling prinsipil.

Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana bermu’amalah dengan Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala berfirman:

{ وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا } (النساء:36).

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An-Nisaa’ [4] : 36)

Menyembah hanya kepada Allah, dan cara menyembah hanya cara yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itulah prinsip utama dalam Islam. Sebaliknya, menyembah kepada selain Allah, serta penyembahan bukan dengan cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, itu larangan yang paling keras. Sehingga ayat pendek itu sejatinya mencakup hal-hal yang prinsipil yang mesti ditaati oleh Ummat Islam. Karena bila menepati prinsip ini maka benar imannya dan kalau memenuhi persyaratan-persyaratan dalam beramal maka diterima oleh Allah Ta’ala. Sebaliknya, bila menyelisihi yang prinsip itu maka akan sesat, bahkan bisa-bisa sampai keluar dari keimanan, maka batal seluruh amalnya. Itulah yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ(65)

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar [39] : 65)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, di dalam Al-Qur’an pun penuh dengan petunjuk agar manusia ini benar dalam kehidupannya di dunia ini. Pergaulan sesama manusia pun ditunjuki sebaik-baiknya. Di antaranya Allah menunjuki.

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا [النساء : 36]

Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisaa’ [4] : 36)

Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana bergaul dengan keluarganya, maka Allah Ta’ala berfirman:

{ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا } (النساء:36)

“Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa.” (QS. An-Nisaa’ [4] : 36)

Dan firman-Nya mengenai hak istri:

{ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ } (النساء:19)

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS An-Nisaa’ [4] : 19)

Dan Dia berfirman tentang hak anak:

{ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ } (الأنعام: 151).

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.” (QS. Al-An’am [6] : 151)

Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana bergaul dengan musuh-musuhnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ } (فصلت: 34).

“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fusshilat [41] : 34)

Al-Qur’an mengajari muslimin bagaimana jual beli, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا } (البقرة: 275) .

“…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah [2] : 275)

Jamah’Jum’ah rahimakumullah, setiap manusia pasti memerlukan harta, maka Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana berinfaq/membelanjakan harta:

{ وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا } (الفرقان: 67).

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS Al-Furqon [25] : 67)

Bahkan dalam hal makan dan minum yang merupakan kebutuhan jasmani, Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana makan dan minum, maka Allah Ta’ala berfirman:

{ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا } (الأعراف: 31).

“…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf [7] : 31)

Manusia ini juga diatur oleh Al-Qur’an sampai dalam hal berjalan dan bersikap. Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana berjalan di jalan, dalam Firman-Nya Ta’ala:

{ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا } (الإسراء: 37) .

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’ [17] : 37)

Dalam menghadapi manusia lain yang memerlukan ketegasan sikap, Al-Qur’an mengajari Muslimin bagaimana berdialog dan memuaskan, maka Allah Ta’ala berfirman:

{ وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ } (البقرة : 23).

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu.” (QS. Al-Baqarah [2] : 23)

Sebagaimana Al-Qur’an juga mengajari Muslimin megenai perkara-perkara agamanya, seperti melaksanakan sholat, zakat, pengelolaan zakat, puasa, dan haji yang hal itu diketahui oleh Muslimin baik umum maupun khusus.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Perlu kita sadari, petunjuk dari Al-Qur’an itu bukannya lepas begitu saja, lalu manusia ini tidak ada urusan dengannya. Namun justru dengan telah diwahyukannya Al-Qur’an itu, akan berfungsi bagi siapa saja, baik yang mengimaninya maupun yang mengingkarinya. Sehingga Al-Quran berfungsi sebagai pembela dan penuntut. Pembela bagi orang yang mengimaninya, berupaya memahaminya, dan melaksanakannya sekemampuannya. Dan akan jadi penuntut di pengadilan akherat atas orang yang mengingkarinya, mengabaikannya, tidak mentaatinya dan sebagainya.

Dalam Kitab “Fat-hul Qawil Matien fie Syarhil Arba’ien wa Tatimmatil Khomsien” juz 1 halaman 70 (فتح القوي المتين في شرح الأربعين وتتمة الخمسين – (ج 1 / ص 70) )dijelaskan: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

((وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ))

“Dan Al-Qur’an itu hujjah/argumen (yang menguntungkan) bagimu atau (yang mencelakakan) atasmu.” (HR Muslim), artinya bahwa Al-Qur’an itu bisa jadi hujjah (yang menguntungkan) bagi manusia apabila dia menjalankan apa yang diwajibkan atasnya, dan apa yang dituntut darinya dalam Al-Qur’an. Yaitu meyakini benarnya khabar-khabar (dalam Al-Qur’an), mengikuti perintah-perintahnya, menjauhi larangan-larangannya, dan membacanya dengan sebenar-benarnya pembacaan. Dan bisa pula sebagai hujjah (yang mencelakakan) atas manusia apabila ia berpaling darinya, tidak menjalankan apa yang dituntut Al-Qur’an terhadapnya.

Hadits semisal dengan ini adalah hadits:

{ إنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ عُمَرَ (و أخرجه أحمد ، والدارمى ، وابن ماجه ، وأبو عوانة ، وابن حبان عن عمر)

“Sesungguhnya Allah mengangkat suatu kaum dengan kitab (Al-Qur’an) ini, dan merendahkan kaum yang lainnya dengannya (pula).” (HR Ahmad, Ad-Darimi, Muslim no 817, Ibnu Majah, Abu ‘Awanah, dan Ibnu Hibban dari Umar).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam hal ini fungsi Al-Qur’an bukan sekadar di dunia saja, namun sampai di akherat kelak. Dan itu adalah sebagai balasan dari bagaimana manusia ini memfungsikan Al-Qur’an itu di dunia. Sehingga orang yang memfungsikan Al-Qur’an sesuai yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Al-Qur’an itu di akherat kelak akan menjadi syafaat—pertolongan baginya, hingga menuntunnya ke surga. Sebaliknya, orang yang tidak memfungsikan Al-Qur’an sesuai aturan yang semestinya yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Al-Qur’an itu akan menyeretnya ke neraka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

2019 -ا لْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ مَاحِلٌ مُصَدَّقٌ , فَمَنْ جَعَلَهُ إمَامَهُ قَادَهُ إلَى الْجَنَّةِ , وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ قَادَهُ إلَى النَّارِ

“Al-Qur’an itu mensyafa’ati orang yang disyafa’ati dan mengadzab/memusuhi orang yang membantahnya/menyia-nyiakannya, maka siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya maka Al-Qur’an menuntunnya ke surga, dan siapa yang menjadikannya di belakang punggungnya maka Al-Qur’an menggiringnya ke neraka.” (HR Ibnu Hibban 1793, At-Thabrani dalam Al-kabir 3/78/2, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 4/108, Al-Bazzar, dishohihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shohihah 5/31, no 2019).

Semoga kita menjadi orang-orang mu’min yang benar-benar memfungsikan Al-Qur’an sesuai dengan petunjuk-petunjuknya, sehingga kelak Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam surga. Amien. Dan semoga dengan peringatan ini kita menyadari kekeliruan dan keteledoran kita yang selama ini mungkin tidak memfungsikan Al-Qur’an secara benar, lalu memperbaiki diri dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an secara konsekuen; sehingga semoga Allah menyelamatkan kita dari tuntutan Al-Qur’an yang mencelakakan kita di akherat kelak. Amien.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/memfungsikan-al-qur-an.htm

Pentingnya Akhlaq dalam Islam

oleh Hartono Ahmad Jaiz

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan aneka keni’matan bahkan hidayah kepada kita. Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Dalam rangkaian taqwa itu, perlu kita sadari, Islam mendudukkan akhlaq sebagai satu hal yang penting. Apabila aqidah (keyakinan) itu dalam bentuk batin manusia maka akhlaq adalah bentuk lahir.

Tidak ada pemisahan antara aqidah dan akhlaq, maka dalam hadits:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا ».

Paling sempurnanya iman orang mukmin adalah yang paling bagus akhlaq mereka, dan yang paling terpilih di antara kamu sekalian adalah yang paling terpilih akhlaqnya terhadap isteri-isteri mereka. (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih, dan Ibnu Hibban, Al-Baihaqi, dari Abi Hurairah).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ » البخاري ومسلم وأبو داود

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, di antara pengarahan Al-Qur’an dalam mengagungkan urusan akhlaq adalah firman Allah Ta’ala:

) وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (.

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqon [25] : 63)

Juga ayat:

) وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ * وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (.

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman [31] : 18, 19)

Juga ayat:

) إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl [16] : 90)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengarahkan pentingnya akhlaq:

عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ ». صحيح سنن أبي داود

Dari Aisyah rahimahallah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya mukmin itu dengan kebagusan akhlaqnya pasti mencapai derajat orang yang puasa (siang hari) dan orang yang berdiri (shalat malam hari).” (HR. Abu Dawud Shahih No. 4798).

Di hadits lain diriwayatkan:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».

Dari Abu Dzar , ia berkata, Rasulullah —shallallahu ‘alaihi wa sallam— bersabda kepadaku: “Taqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan berakhlaqlah kepada manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ ».

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah —shallallahu ‘alaihi wa sallam— ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke surga, maka beliau bersabda: “Taqwa kepada Allah dan bagusnya akhlaq.” Dan beliau ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke neraka, maka beliau bersabda: “mulut dan farji (kemaluan)” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits Shahih Gharib, dan Ibnu Majah).

عن ابن مسعود – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( ألا أخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّار ؟ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّار ؟ تَحْرُمُ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ ، هَيّنٍ ، لَيِّنٍ ، سَهْلٍ )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديث حسن غريب)) قال الألباني ( صحيح لغيره ).

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Maukah aku khabarkan kepada kamu sekalian siapakah yang haram atas neraka? Atau siapakah yang neraka haram atasnya? Neraka haram atas setiap orang yang (akhlaqnya) dekat (kepada manusia), rendah hati, lembut, dan mudah (baik perangainya). (HR. At-Tirmidzi, ia berkata Hasan Gharib)

Al-Mawardi berkata, dengan hadits ini dijelaskan bahwa bagusnya akhlaq itu memasukkan pelakunya ke surga dan mengharamkannya atas neraka, karena bagusnya akhlaq itu adalah ungkapan (ekspresi) dari keadaan manusia yang mudah perangainya, lemah lembut, wajah berseri-seri, tidak membuat orang lari, bagus ucapannya; tetapi sifat-sifat ini terbatas seukurannya pada tempat-tempat yang berhak untuk disikapi demikian. Karena apabila melebihi batas yang baik maka menjadi merunduk-runduk, dan bila diselewengkan dari fungsinya maka menjadi pura-pura (kamuflase). Merendah-rendah adalah hina, sedang pura-pura (kamuflase) adalah tercela. (Al-Munawi, Faidhul Qadir juz 3/hal. 136).

عن أَبي ذَرٍّ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ لي رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئاً ، وَلَوْ أنْ تَلْقَى أخَاكَ بوَجْهٍ طَلْقٍ )) رواه مسلم .

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Jangan sampai kamu meremehkan kebajikan sedikitpun, walaupun (hanya) untuk menjumpai saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.’ (HR Muslim).

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan tingginya kedudukan akhlaq.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ ».( أحمد) قال الشيخ الألباني : ( صحيح )

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 2349).

Sungguh telah terjadi dalam kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bentuk sempurna yang agung yaitu penerapan nyata akhlaq Qur’ani dan Nabawi.

Beliau sebagaimana perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنِ الْحَسَنِ قَالَ : سُئِلَتْ عَائِشَةُ عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَتْ : كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ. (أحمد)

Dari Al-Hasan ia berkata: Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia menjawab: Akhlaqnya adalah al-Qur’an. (HR Ahmad, Shahih menurut Syu’aib Al-Arnauth).

Artinya mengikuti dan terikat dengan pengarahan Al-Qur’an. Benarlah Allah yang berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab [33] : 21)

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam [68] : 4)

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, sungguh orang salafus shalih dari para sahabat, tabi’in dan lainnya berada pada manhaj (jalan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meneladani akhlaq dan beramal dengannya.

Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu didatangi Uyainah bin Hishn yang berkata:

يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ ، وَمَا تَحْكُمُ بَيْنَنَا بِالْعَدْلِ . فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ بِأَنْ يَقَعَ بِهِ فَقَالَ الْحُرُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ – صلى الله عليه وسلم – ( خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ) وَإِنَّ هَذَا مِنَ الْجَاهِلِينَ . فَوَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلاَهَا عَلَيْهِ ، وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ . (رواه البخاري)

Hei anak Al-Khatthab, wallohi, kamu tidak banyak memberi kami, dan kamu tidak memerintah di antara kami dengan adil”, maka Umar marah sehingga ingin memukulnya, maka Al-Hurr berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam:

) خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ« (. [ سورة الأعراف: 199]

Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf [7] : 199).

Dan sesungguhnya orang ini termasuk orang-orang yang bodoh. Maka demi Allah, Umar tidak melanggarnya ketika telah dibacakan ayat itu atasnya, dan dia senantiasa berdiri di sisi kitab Allah (mengamalkannya dan tidak melanggarnya). (HR Al-Bukhari)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .

—Khutbah Kedua—

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَب الْعَالَميْنَ.

http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/pentingnya-akhlaq-dalam-islam.htm

Nishfu Sya’ban dan Sadranan

oleh Hartono Ahmad Jaiz

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.

Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Kita hadir di masjid untuk shalat Jum’at ini tentunya ada semangat kebaikan dalam jiwa kita. Semangat mengerjakan kebaikan atau ibadah adalah merupakan anugerah Allah. Seandainya tanpa dianugerahi semangat, maka tentunya tidak ada semangat untuk kebaikan itu. Sehingga kalimat « لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ » dalam hadits Bukhari dan Muslim dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kanzul jannah (simpanan surga). Karena maknanya adalah kepasrahan dan penyerahan diri kepada Allah, bahwa tidak ada daya untuk menolak keburukan dan tidak ada kekuatan untuk mencapai kebaikan kecuali karena Allah.

Setelah kita mengakui bahwa adanya semangat untuk melakukan kebaikan itu benar-benar dari Allah Ta’ala, maka kita pun wajib mensyukurinya. Di antara menysukurinya adalah menggunakan semangat kebaikan itu sesuai dengan ukuran yang datangnya dari Allah Ta’ala yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga akan tepat penggunaan semangat itu sesuai dengan aturan Allah Taala dan Rasul-Nya. Bila tidak, maka yang terjadi adalah semangat kebaikan itu menghasilkan perbuatan yang kurang pas. Boleh jadi kurang afdhol, tidak utama, dan sebaliknya boleh jadi justru menyimpang, namun dianggap baik oleh pelakunya.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah. Dalam hadits

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ رَاكِعٌ ، فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ »

Dari Abu Bakrah bahwa dia (masuk masjid) hingga sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang beliau lagi ruku’ maka dia (Abu Bakrah) ruku’ sebelum sampai ke shaf, maka dia (setelah shalat) menyebutkan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: Semoga Allah menambahimu semangat (untuk kebaikan) dan jangan kamu ulangi. (HR Al-Bukhari).

At-Thahawi berkata, sabdanya, walaa ta’ud (jangan kamu ulangi) bagi kami mengandung dua makna. Jangan kamu ulangi untuk ruku’ di belakang shaf sehingga kamu berdiri dalam shaf. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu Ta’ala ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang kalian mendatangi shalat maka janganlah ia ruku’ sebelum sampai di shaf sehingga ia menempati shaf. Dan mengandung makna, jangan kamu ulangi untuk jalan cepat-cepat ke shaf dengan jalan cepat yang kamu didorong oleh nafsu di dalamnya. Sebagimana hadits yang datang dari Abu Hurairah radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dari Rasulullah, beliau bersabda: Apabila didirikan shalat maka kalian jangan mendatanginya sedangkan kalian berjalan cepat-cepat dan datangilah shalat itu sedang kalian berjalan (biasa saja). Dan hendaklah kamu tenang, maka apa yang kalian jumpai maka shalatlah, dan apa yang luput dari kalian maka sempurnakanlah. (“Umdatul Qari Syarah Shahih Al-Bukhari juz 9 halaman 240).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Ternyata, sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni Abu Bakrah yang telah bersemangat untuk kebaikan itu masih didoakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Allah tambahi semangat (untuk kebaikan), dan sekaligus dinasihati, agar tidak mengulangi. Yang maknanya adalah sesuatu yang kurang afdhal (walau) sah pun jangan diulangi, apalagi kalau itu berupa penyimpangan atau pelanggaran yang besar. Dari sinilah perlunya kita sadari, semangat saja, walau semangat itu tinggi dalam hal kebaikan, tidak cukup. Masih perlu diterapkan pada aturan yang sesuai dan tepat.

Perlu diketahui, dalam hal ibadah itu sifatnya adalah tauqifi, yakni berhenti di atas dalil (ayat dan hadits yang sah). Tidak bisa kita sebagai muslim yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini melakukan ibadah yang tidak ada dalilnya yang sah. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tegaskan:

« مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا ، فَهْوَ رَدٌّ » .

Siapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang tidak berdasarkan atas perintah kami maka dia tertolak. (HR Al-Bukhari dan Muslim) .

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Dengan adanya aturan yang seperti itu, maka semestinya kita berhati-hati dalam beramal. Yakni perlu dilandasi ilmu, yaitu ada atau tidakkah dalilnya yang sah. Walau tidak hafal bunyi lafal dalilnya, yang terpenting sudah mengerti bahwa amal kita itu ada dalilnya yang sah.

Setelah kita tahu bahwa yang akan kita amalkan itu ada dalilnya yang sah, maka masih perlu pula mengetahui, benar atau tidak pemahamannya terhadap dalil itu. Walau tidak dituntut hafal lafal tentang pemahaman yang benar mengenai dalil itu. Karena tanpa benar pemahamannya, boleh jadi akan jauh dari kebenaran, dan masih atas nama dalil yang sah itu.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Di sinilah pentingnya kita Ummat Islam ini menuntut ilmu terutama mengenai kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang menyangkut kehidupan kita di dunia ini. Tanpa menuntut ilmu, dan hanya mengikuti orang banyak, maka telah diancam oleh Allah Ta’ala:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ [الأنعام/116]

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS Al-An’am: 116).
Lebih dari itu, kalau tidak mau mendengarkan apa-apa yang dibawa oleh rasul maka penyesalan sangat dahsyat di akherat:

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ [الملك/6-11]

Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”
Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Al-Mulk/ 67:10-11).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Apa yang dilakukan oleh banyak orang, dan tampaknya islami, bahkan sering dihiasi dalil, dapat kita temui. Misalnya amaliah dikaitkan dengan apa yang mereka sebut nishfu sya’ban atau pertengahan bulan sya’ban. Demikian pula adanya gejala ramai-ramai ke kuburan di mana-mana di bulan Sya’ban atau menjelang Puasa Ramadhan. Ziarah kubur tiba-tiba banyak dilakukan orang menjelang ramadhan, di Jawa disebut sadranan atau nyadran.

Ziarah kubur itu sendiri adalah sunnah, bila sesuai dengan tata aturan syari’at Islam. Di antaranya tidak menentukan waktu-waktu tertentu diulang pada waktu tertentu. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا. (رواه أَبُو داود بإسنادٍ صحيح) .

“… dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai ‘id (hari raya, yakni tempat yang selalu dikunjungi dan didatangi secara berulang pada waktu dan saat tertentu)….” (HR Abu Dawud – 1746 dengan sanad shahih).

Kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak boleh dijadikan sebagai ‘id (hari raya, yakni tempat yang selalu dikunjungi dan didatangi secara berulang pada waktu dan saat tertentu), maka mestinya kubur siapapun tidak boleh juga. Kalau sekadar diziarahi dan sesuai syari’at Islam, tentu tidak apa-apa. Bahkan bila benar-benar sesuai dengan syari’at Islam pelaksanaan ziarah kuburnya, justru sunnah dan mengandung hikmah di antaranya untuk mengingat akherat. Namun ketika kebanyakan orang berziarah kubur itu setiap menjelang Puasa Ramadhan, maka perlu dilihat lagi hadits tersebut. Dan tampaknya apa yang dilakukan ramai-ramai banyak orang itu tidak cocok.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, ketika dicocokkan dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak cocok, maka perlu dicari sebenarnya dari mana asalnya kebiasaan tiap tahun itu, dan dianggapnya dari Islam itu?

Doktor filsafat lulusan Universitas Gadjah Mada yang kini menjadi pengajar di Universitas Negeri Yogyakarta, Purwadi, mengatakan, tradisi ziarah makam sudah sangat mengakar pada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.

Ziarah ke makam wali, kata Purwadi, merupakan kepanjangan dari tradisi hinduisme bernama upacara srada. Tradisi ini sudah ada pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, raja yang memerintah Majapahit sekitar pertengahan abad ke-14.

Srada adalah upacara untuk memuliakan leluhur yang sudah meninggal. Dari kata srada itulah, masyarakat Jawa mengenal nyadran, yaitu kegiatan menziarahi makam leluhur. Biasanya nyadran ini dilakukan mendekati bulan puasa. Jadi, ziarah makam ini adalah bentuk akulturasi budaya Hindu dan Islam. (kompas cetak, Selasa, 18 Agustus 2009 | 12:00 WIB, dikutip Hartono Ahmad Jaiz dalam buku Kuburan-kuburan Keramat di Nusantara, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2011, halaman 280-281).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Dari segi lafalnya, ziarah kubur adalah dari Islam. Sedang sadranan atau nyadran dari lafal sadra yang maksudnya upacara Hindu untuk memuliakan leluhur yang sudah meninggal, berasal dari upacara Agama Hindu setiap menjelang puasa. Itu satu sisi.

Dari sisi tidak bolehnya kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijadikan ‘ied, tempat yang dikunjungi dengan acara tertentu dan secara berulang pada waktu tertentu, mestinya Ummat Islam lebih mentaati Nabinya daripada ibadahnya orang kafir musyrik lalu dibungkus seolah islami. Kenapa demikian? Karena Allah Ta’ala telah menegaskan:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا [الأحزاب/36]

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS Al-Ahzab/ 33: 36).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Ketegasan Allah Ta’ala sedemikian jelas. Sehingga kita tidak dibolehkan ada pilihan lain-lain lagi di luar keputusan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hal pelaksanaan dalil pun kita merujuk pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabatnya. Sehingga dalam apa yang disebut acara-acara nishfu sya’ban perlu merujukkan pula pemahaman dalil yang dipakai orang sekarang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Kenapa mereka menganggap lailah Nishfi Sya’ban (malam Nishfu Sya’ban) sesuatu yang istimewa adalah karena salah pemahaman dari ayat pertama surat Ad Dukhan. Juga karena berpegang pada hadits palsu.

Adapun ayat surat Ad-Dukhan

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ(3)فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ(4)أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ(5)رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ(6)

Artinya : Sesungguhnya kami menurukan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami dalah yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ad Dukhan : 3-6)

Mereka beranggapan bahwa Lailah Mubarakah (malam yang penuh berkah) itu adalah malam Nishfu sya’ban, sehingga mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Dan anggapan seperti itu sangat salah sekali, bertentangan dengan konteks ayat dan juga bertentangan dengan ayat-ayat lain. Yang benar menurut konteks ayat dan sesuai dengan ayat-ayat lain adalah bahwa Lailah Mubarakah itu adalah Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.

Ayat-ayat itu adalah salah satu dari tiga ayat yang berbicara tentang turunnya Al-Qur’an juga tentang waktunya. Adapun ayat yang kedua adalah :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)

Artinya : Sesungguhnya kami menurunkan Al Qur’an dimalam (Lailatul qodar) (Surat Al Qadr : 1)

Dan ayat ketiga menjelaskan bahwa itu di bulan Ramadhan :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ

Artinya : (Adalah) bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan permulaan Al Qur’an (Al Baqarah : 185)

Jadi Lailah Mubarakah itu adalah Lailatul Qadr yang ada di bulan Ramadhanو malam itu disebut malam yang penuh berkah (Lailah Mubarakah) sebagaimana kitab suci Al Qur’an dinamai atau disifati Kitab yang diberkahi (Mubarak).

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ

Artinya: Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah kami turunkan yang di berkahi (Al-An’am: 92)

Jadi bukan pada tempatnya menjadikan ayat itu sebagai dalil untuk mengkhususkan malam Nifsu Sya’ban dengan ibadah tertentu.

Ibnu Katsir berkata: Dan orang yang mengatakan bahwa itu adalah malam Nifsu Sya’ban sungguh telah terlalu jauh (menyimpang dari kebenaran)( Tafsir Ibnu Katsir 4/167)

Dan Adapun Hadits yang mereka jadikan dalil adalah:

إِذَاكَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا……..

Jika ada malam nishfu Sya’ban (pertengahan Sya’ban) maka sholatlah pada malamnya dan berpuasalah siangnya…

Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu) diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abdur Razzaq dari Abu Bakar Ibnu Abdillah Ibnu Abi Sabrah. Ibnu Main dan Imam Ahmad mengatakan: Dia (Abu Bakar) suka membuat ‘Hadits Palsu. An Na’sai mengatakan dia itu ‘Matruk’. (lihat ta’liq Al-Itisham oleh Rasyid Ridha 1/39)

Jadi jelas sekali apa yang dilakukan sebagian kaum muslimin di malam Nishfu Sya’ban adalah Bid’ah Munkarah (sesuatu yang diada-adakan secara baru lagi buruk) yang tak punya dasar.

Imam Asy Syathiby Al Andalusiy mengatakan, “Dan diantara hal yang bid’ah adalah rutin melakukan ibadah tertentu di waktu tertentu yang tidak pernah ada penentuan (waktu atau macam)nya dari syari’ah seperti (mengkhususkan) puasa di pertengahan bulan Sya’ban dan beribadah di malamnya. (Al ‘Itisham 1/39)

Syaikh Mahmud Syaltut, mengatakan : Adapun khusus malam Nishfu Sya’ban dan kumpul-kumpul untuk menghidupkannya dan mengadakan shalat khusus di malam itu serta berdo’a dengan do’a (khusus), semuanya tidak bersumber sedikitpun dari Nabi . Dan tak pernah dikatakan (dan dikenal) oleh seorangpun di masa-masa awal (Islam) (Al Fatawa 191)

Yang ada dari Rasulullah  adalah banyak berpuasa di bulan Sya’ban itu untuk mempersiapkan diri menghadapi Ramadhan tanpa membedakan hari-hari tertentu. (Disusun oleh Ustadz Abu Sulaiman, Imam Masjid di sebuah Yayasan di Jakarta tahun 1420H).

Dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah dijelaskan:

وَبَيَّنَ الْغَزَالِيُّ فِي الْإِحْيَاءِ كَيْفِيَّةً خَاصَّةً لِإِحْيَائِهَا , وَقَدْ أَنْكَرَ الشَّافِعِيَّةُ تِلْكَ الْكَيْفِيَّةَ وَاعْتَبَرُوهَا بِدْعَةً قَبِيحَةً , وَقَالَ الثَّوْرِيُّ هَذِهِ الصَّلَاةُ بِدْعَةٌ مَوْضُوعَةٌ قَبِيحَةٌ مُنْكَرَةٌ .

Al-Ghazali menjelaskan dalam Kitab Al-Ihya’ (Ihya’ ‘Ulumid Dien) cara khusus untuk menghidupkan (nishfu Sya’ban). Tetapi sungguh As-Syafi’iyah (para pengikut madzhab Imam As-Syafi’i) mengingkari tatacara itu, dan mereka menyatakannya sebagai bid’ah qobihah (yang buruk). Dan Ats-Tsauri berkata, sholat (nishfu Sya’ban) ini adalah bid’ah maudhu’ah qobihah munkaroh (bid’ah bikinan yang buruk lagi munkar). (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, Wazarotul Auqof Was-syu’unil Islamiyyah Kuwait, 34 juz, juz 2, halaman 235-236, dikutip Hartono Ahmad Jaiz dalam buku Islam dan Al-Qur’an Pun Diserang, Pustaka Nahi Munkar, Jakarta- Surabaya, 1430H/ 2009).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Demikianlah pentingnya Ummat Islam ini mengetahui duduk soal apa-apa yang dikerjakan atas nama ibadah. Para ulama sudah menunjuki hal-hal yang perlu dihindarkan walau dilakukan banyak orang. Petunjuknya itu dilandasi pula dengan merujuk kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila para ulama yang shalih telah menunjuki sesuai yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang kita lebih memilih untuk mengikuti banyak orang, itu dari berbagai segi dan dalil-dalil di atas ternyata sikap kita ini keliru. Setelah ternyata keliru, lantas bagaimana?

Perlu kita sadari bahwa Ummat Islam ini tetap diberi jalan baik apabila mengakui kekeliruannya, meninggalkannya, dan bertaubat. Dalam hadits dijelaskan,
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ } أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ ، وَسَنَدُهُ قَوِيٌّ

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Setiap bani Adam (manusia) itu banyak salah, dan sebaik-baik orang yang banyak salah adalah orang-orang yang banyak bertaubat. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, sanadnya kuat menurut Kitab Subulus Salam).

Semoga kita termasuk orang-orang yang mau mengakui ketika bersalah atau keliru, dan termasuk hamba-hamba Allah yang banyak bertaubat atas kesalahan-kesalahan. Dan semoga dijauhkan dari sikap yang sombong, yakni tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan manusia. Amien ya Rabbal ‘alamien.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .

Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Sumber : Eramuslim

Pentingnya Ummat Islam Memperhatikan Fatwa-Fatwa Ulama tentang Natal

oleh Hartono Ahmad JaizSumber : Eramuslim

Tebar Dakwah ….Cukup Klik Gambar

Download Doa Usai Shalat Fardhu (uji coba) file beda

Download Fatwa MUI


Download yg lainh di http://www.mui.or.id/index.php/fatwa-mui.html

Wakaf Al-Qur’an

Pengingat Hari ini

Marhaban Yaa Ramadan Mari kita isi bulan Ramadhan 1433 H dengan kegiatan yang penuh dengan amal ibadah untuk meraih insan yang fitri, serta mutaqin di akhir Ramadan

Translate to your language

Radio Online

Kajian.Net

Selamat

Daftar Isi

Slogan

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com

doctor ratings" Jika kejujuran kita miliki ..Kebenaran pasti menang..Kebatilan pasti Tumbang"

IP

IP

Blog Stats

  • 1.871.619 hits

Pengunjung dari ……

free counters

Arsip Tulisan

Peta Visitor

Majalah berilmu sebelum beramal dan berdakwahatau versi cetak "Cukup Berlangganan"

Link Gambar

Admin

Image by FlamingText.com

Pingin klik sajaFlamingText.com

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Hidayatullah.com

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Arrohmah.com

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Quick Counter

HTML hit counter - Quick-counter.net

Do’a Selepas Shalat