Rudal Anti Tank Javelin
Posted 12/06/2013
on:Sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia memang harus terus diremajakan, jika tidak ingin ketinggalan dengan sejumlah negara tetangga. Setelah membeli sejumlah peralatan tempur, kali ini TNI akan membeli sejumlah peluncur rudal anti-tank (ATGM) canggih asal Amerika Serikat. Namanya Javelin. Ini bagian dari upaya untuk memodernisasi alutsista.
Pembelian peluncur rudal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai rapat tertutup rencana kerja pemerintah bersama Panglima TNI dan Komisi I DPR RI, Senin 10 Juni 2013 di Jakarta. Pembelian itu, kata Purnomo, demi melengkapi alutsita Angkatan Darat Indonesia. “Ini masih rencana dan pembahasan,” kata Purnomo.
Meski masih rencana, anti-tank baru itu sudah dipamerkan dan diperagakan penggunaannya usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC), yang digelar Senin 10 Juni 2013.
Dia menilai bahwa pembelian ini akan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI. Di Pasal 38 Permen Pertahanan ini tercantum syarat pengadaan alutsista adalah alih teknologi.
Menurut Purnomo, dengan pembelian Javelin itu justru akan ada transfer teknologi senjata anti-tank. Dia menambahkan, transfer teknologi ini nantinya akan berdampak pada industri persenjataan Indonesia. “Ini akan memacu percepatan di sektor industri pertahanan.”
Javelin
Menurut Letnan Satu TNI Bonny Octavian yang sempat memperagakan penggunaan Javelin pada latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC). Jarak tembak rudal ini mencapai 2,5 kilometer. Javelin ini dilengkapi dengan pelacak canggih yang mampu mengunci dan menembak sasaran yang bergerak dengan daya ledak luar biasa. “Waktu reload rudal ini cukup cepat, yaitu 40 detik saja,” kata Bonny.
Selain canggih, alat ini sangat ringan dan dapat ditempatkan di bahu penyerang. Menurut laman Inetres.com, rudal Javelin berbobot 11,8 kilogram sementara alat pembidik dan peluncur hanya 6,4 kilogram. Senjata ini telah dikembangkan sejak tahun 1989 oleh perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin dengan nama proyek Javelin Joint Venture. Produksinya sendiri dimulai tahun 1994 dan dikirimkan ke barak militer di Fort Benning, Georgia pada tahun 1996.
Laman army-technology.com menuliskan, Javelin digunakan tentara AS dan Australia pada perang di Irak antara Maret dan April 2003. Saat ini, senjata ini digunakan di Afganistan. Lebih dari 2.000 rudal Javelin telah ditembakkan AS dan tentara koalisi di negara ini.
Negara asing pertama pembeli Javelin adalah Inggris pada Januari 2003 dengan pemesanan awal sebanyak 18 peluncur dan 144 rudal. Negara lainnya yang telah menggunakan ini adalah Taiwan, Lithuania, Yordania, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Irlandia. Beberapa negara lain tengah mengantre untuk mendapatkannya. Inetres.com memaparkan bahwa satu buah peluncur dan pelacak Javelin dibanderol US$126.000 atau sekitar Rp1,2 miliar, sementara rudal Javelin satuannya seharga US$78.000, setara Rp756 juta.
Lebih dari 25.000 rudal telah diproduksi dan lebih dari 6.600 unit peluncur dijual kepada Angkatan Darat AS dan Korps Marinir. Javelin juga telah dipilih oleh Taiwan (60 peluncur dan 360 rudal), Lithuania, Jordan (30 peluncur dan 110 rudal), Australia (hingga 92 sistem rudal dan 600), Selandia Baru (24 peluncur, disampaikan pada bulan Juni 2006), Norwegia (90 peluncur dan 526 rudal, pengiriman dari 2006) dan Irlandia.
Pada bulan Juni 2004, Republik Ceko menandatangani Letter of Agreement (LOA) dengan pemerintah AS untuk menyediakan sistem Javelin. Pada November 2004, Uni Emirat Arab meminta penjualan militer asing (FMS) dari 100 peluncur Javelin dan 1.000 putaran rudal. Pada bulan Juni 2006, Oman meminta FMS dari 30 peluncur dan 250 rudal. Pada bulan Juli 2006, Bahrain meminta FMS dari 60 peluncur dan 180 rudal. Kontrak untuk penyediaan sistem rudal ke UEA dan Oman ditempatkan pada Juli 2008. Pada bulan Oktober 2008, Taiwan meminta penjualan rudal 182 tambahan dan 20 peluncur. Prancis memerintahkan 260 rudal dan peluncur 76 sebesar $ 69 juta.
Qatar juga telah meminta untuk FMS dari 500 rudal Javelin Maret 2013, menurut Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan.
Mau beli : EMEA: +44 20 7936 6783, Amerika: +1 415 439 4914, Asia Pasifik: +61 2 9947 9709 http://www.army-technology.com/projects/javelin/ Youtube http://youtu.be/tBzo8cAmSD8