Penyebab Nasib Sial
Posted 11/03/2014
on:- In: Uncategorized
- Komentar Dinonaktifkan pada Penyebab Nasib Sial
Nasib buruk bisa menimpa siapa saja, kapan saja. Nasib buruk tersebut bisa saja disebabkan oleh ketidaktahuan, kelalaian, menganggap sepele suatu hal, bisa saja sebuah ujian atau memang nasibnya digariskan seperti itu. Segala sesuatu tindakan yang akan dikerjakan mesti diawali dengan niat yang baik, dengan ikhtiar melakukan suatu hal sesuai aturan yang diterapkan.
Senin (10/3) siang sekitar pukul 12.30 WIB ada suatu urusan di Kantor Pengadilan Agama Kota Metro. Sambil menunggu seseorang untuk ketemu suatu urusan karena kayawan kantor sedang istirahat kita ketemu empat orang yang sedang ada urusan perceraian. Sembari ngobrol sana-sini sampailah kecerita nasib buruk yang baru saja menimpanya.
Pak saya tadi baru saja sial saat ke Metro, kata bapak-bapak yang tak sempat kenalan siapa namanya. Bapak tadi jika dilihat raut wajahnya serta melihat anaknya yang sedang diantar ke pengadilan kira-kira 60-an tahun lebih. Berangkat dari rumah Batanghari Bd 40-an ke Metro untuk setor uang ke BRI untuk membayar biaya perkara gugatan cerai. Dari rumah di kampung mengendarai sepeda motor tua, mati pajak 6 tahun, tidak memiliki SIM C, walaupun STNKnya ada, si anaknya tidak memakai helm. Maklum saja pikiran lagi ruwet memikirkan anaknya akan gugat cerai karena suaminya kurang menafkahi, suka mabuk, senang melakukan kekerasan. Stengah buru-buru saat lewat kota e e malah dihentikan “Pak polisi” Lantas. Ditanya surat-surat dsb. Kata bapak tadi terus terang semua kesalahannya.
Pak polisi tadi bilang, kata bapak tadi, terus mau gimana ini pak?
Lho, bapak ini maksudnya apa?
Saya kan sudah mengakui semua kesalahannya, terserah bapak, kata bapak tadi.
Ya sudah motor ditahan, kata “Pak polisi” tadi.
Ya tidak boleh wong ini motor saya, saya beli bukan nyolong, kata bapak tadi.
Kata “Pak polisi”, ini semua kalau didenda sejuta lima ratus.
Bapak tadi terus berdalih macam-macam dan memelas…Akhirnya Bapak tadi menyerah di angka Rp. 250.000.. sial bener saya hari ini , cerita bapa tadi.
Hari ini aku setor ke “Pak oknum polisi” Rp. 250.000.
Lain lagi ceritanya Bapak satu lagi, cerita saling mengungkapkan kekesalannya akibat setor ke “oknum polisi” pagi tadi. Nampak kedua bapak tadi senasip juga karena sedang mengantar adiknya mengurus cerai . Berangkat dari Bataghari Nuban mengendarai sepeda motor berdua akan menuju Bank mau setor uang perkara.
Sepeti cerita di atas, karena sesuatu hal penyebabnya, setiba di lampu merah Taman Kota sambil menunggu lampu hijau menyala, posisi motor disebelah kiri mau belok kanan. Akhirnya seperti orang kebingungan seperti orang belum pernah lewat kota. Kalau orang gugup mengendari motor pak “oknum polisi” sudah paham karakter orang terbiasa atau paham keadaan. Maklum sambil jalan tengak-tengok mana kantor yang mau dituju. Lha didepannya ada “oknum polisi”. Setelah lewat lampu merah dihentikan “oknum polisi”.
Gini ………….ceritanya bapak tahu kesalahan yang bapak lakukan? Tanya “Pak oknum polisi”.
….Bapak tidak menyalakan lampu utama. Itu melanggar peraturan pak.
Akhir cerita…seratus ribu saja yang harus disetor ke “Pak oknum polisi” tadi, dari pada ditilang, akan lebih banyak biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan jika harus ke metro lagi, kata bapak itu.
Ternyata nasib buruk, nasib sial itu akibat kelengahan, kelalaian bisa menimpa siapa saja, kapan saja. Barangkali nasib sial tadi akan membawa nasib yang lebih buruk lagi, karena telah terjadi saling melanggar hukum. Hukum negara. Ya namanya suap.
Kita semua mesti banyak belajar tentang berbagai hal, meningkatkan sikap taat dan patuh terhadap peraturan. Masyarakat juga harus taat aturan, demikian juga petugas untuk menjaga sikap, menahan diri dari ambisi memperkaya diri dengan mencari uang dengan segala cara yang tidak benar. Kasihan anak istri dicarikan uang untuk keperluan hidup dengan cara yang tidak baik.