Keteladanan Nabi Ibrahim
Posted 06/11/2011
on:- In: Idul Adha 1432 | Islam
- Komentar Dinonaktifkan pada Keteladanan Nabi Ibrahim
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan kita umur panjang sehingga masih dapat kesempatan untuk beribadah keada-Nya. Diantara ibadah yang kita lakukan adalah melaksanakan puasa sunnah Arofah, sholat Sunah Idul Adha serta diberi kemampuan untuk berkurban di tahun 1432 H. Berikut ini sebuah keteladanan Nabi Ibrahim Alaihis Salam (AS) yang patut kita teladani.
Di bulan ini, Dzulhijjah, sosok Nabi Ibrahim AS pasti akan kembali dibicarakan. Itu karena di bulan ini ada dua s yariat peribadatan yang tidak terlepas dari sosok agung ini, yaitu pelaksanaan ibadah haji dan kurban. Selain dikenal sebagai salah seorang rasul ulul azmi (yang memiliki keteguhan), beliau juga sering disebut sebagai Khalilullah (kekasih Allah) dan Abul Anbiya (bapaknya para nabi).
Perjalanan hidup manusia termulia setelah Nabi Muhammad SAW ini adalah sebuah perjalanan peneguhan tauhid. Ketaatan dan keimanan luar biasa yang dihadirkan oleh ayah dari dua nabi dengan dua ibu yang berbeda, yaitu Nabi Ismail (dari bunda Hajar) dan Nabi Ishaq (dari bunda Sarah) Alahimus Salam, ini adalah sesuatu yang berat ditunaikan oleh manusia pada umumnya. Sebuah keteladanan yang mesti kita serap dalam kehidupan kita.
Nabi Ibrahim selalu berpijak di atas kebenaran dan tak pernah berpaling meninggalkannya. Posisinya dalam agama sangat tinggi (seorang imam) dan selalu total dalam mengabdi. Beliau pun tak pernah lupa mensyukuri segala nikmat-Nya (QS an-Nahl: 120-121).
Nabi Ibrahim merupakan sosok pembawa panji-panji tauhid. Perjalanan hidupnya sarat dengan dakwah kepada tauhid dan segala liku-likunya (QS al-Mumtahanah: 4-5). Beliau selalu mengajak umatnya kepada jalan Allah serta mencegah mereka dari sikap taklid buta terhadap ajaran sesat nenek moyangnya (QS al-Anbiya: 52-58). Allah SWT memilihnya dan menunjukinya ke jalan lurus serta mengaruniakannya segala kebaikan dunia dan akhirat (QS an-Nahl: 121-122). Bahkan, Allah SWT mengangkatnya sebagai khalil (kekasih). (QS an-Nisa: 125) :
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
Perjalanannya merupakan cermin pendidikan keagamaan yang disampaikan orang tua terhadap anak cucunya (QS al-Baqarah: 132):
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”
Bahkan, Nabi Ibrahim AS senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk kesalehan anak cucunya (QS Ibrahim: 35 dan 40) :
Dan , ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini , negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku.
Perjalanan hidupnya juga mengandung pelajaran berharga bagi para anak, karena beliau adalah seorang anak yang amat berbakti kepada kedua orang tuanya dan selalu menyampaikan kebenaran kepada mereka dengan cara yang terbaik (QS Maryam: 42-45) :
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”.
Ketika sang bapak, Azar, sang pembuat patung Tuhan, menyikapinya dengan keras, Nabi Ibrahim tetap santun dan berdoa untuk kebaikan ayahnya (QS Maryam: 47) :
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
Kisah Nabi Ibrahim AS juga mengandung pelajaran berharga bagi seorang ayah kepada anaknya bahwa selalu ada ruang untuk berpendapat atas setiap keputusan sang kepala rumah tangga kepada anak-anaknya. Perintah langsung Allah untuk menyembelih sang anak diberinya ruang berpendapat bagi anaknya (QS as-Saffat: 102).
“Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Perjalanan hidup sang pencetus agama hanif ini adalah juga edukasi berharga bagi para suami istri. Asas membina kehidupan rumah tangga tidak lain di atas keridaan perintah Allah SWT. Hal ini tecermin dari dialog antara Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Hajar, ketika Nabi Ibrahim membawanya beserta anaknya ke Kota Makkah yang masih tandus dan belum berpenghuni atas perintah Allah SWT. “Apakah Allah yang memerintahkanmu berbuat seperti ini?’ Ibrahim menjawab, ‘Ya.’ Maka (dengan serta-merta), Hajar mengatakan, ‘Kalau begitu Dia pasti (Allah) tidak akan menyengsarakan kami’.” (LihatShahih Bukhari, No 3364).
Sumber : Republika
Sofwere Terjemah Al qur’an diambil di sini