Berlatih Mengisi Kultum bagi Pejabat
Posted on: 27/03/2012
Tidak semua orang yang berpendidikan dan menduduki jabatan pandai dalam berpidato atau meragkai kata-kata pada saat memberikan sambutan dalam acara-acara tertentu di suatu kantor. Kenyataan ini banyak dijumpai di berbagai kantor, atau sekolah sekalipun . Padahal di sekolah dipenuhi guru-guru yang tiap hari memberikan materi dengan metode ceramah.
Bagaimana dengan orang-orang kantoran yang terbiasa diam, dalam arti kegiatannya tidak memerlukan banyak bicara. Masalah ilmu dan wawasan orang-orang yang kerja dikantoran boleh dikatakan wawasan lebih luas dibandingkan guru. Setiap pegawai kantoran banyak diisi dengan baca-baca Koran, mengakses internet , dsb. Sedangkan bagi para guru waktunya banyak dihabiskan di depan kelas menyampaikan materi-materi pelajaran. Boleh dikatakan jarang ada kesempatan membaca Koran saat-saat di sekolah.
Sebuah ide yang patut ditiru yang diterpkan oleh Bupati Karang Anyar Solo, Rina Iriani mewajibkan para Kepala Dinas memberikan kultum sebelum rapat dimulai. Walaupun saling lempar “kamu saja-kamu saja” karena merasa tidak siap atau tidak mempunyai bahan untuk disampaikan.
Jika dilihat rata-rata para pejabat dipemerintahan sudah banyak yang bergelar Haji, bahkan Umroh sudah berkali-kali. Para kepala dinas sering memberikan sambutan, arahan, nasehat, dsb. Tapi seringpula dalam sambutannya hanya berisi “marahan” kepada bawahan. Biasanya para pejabat yang sering memberikan “sambutan marah” adalah pejabat yang tidak bisa kerja, jabatannya tidak sesuai dengan kompetensinya.
Sebuah pengalaman barangkali patut ditiru bagi suatu instansi dalam masalah ini, sebut saja Sekolah..X.., setiap bulan ada kegiatan rutin arisan keluarga besar sekolah X. Arisan ini jika dinilai uang tidak seberapa, namun manfaatnya sangat banyak, diantaranya selalu terjalin silaturahim sesama, saling tahu di rumah sesama naggota keluarga besar sekolah tersebut. Pelaksanaan arisan ini dilakukan secara bergilir di rumah masing-masing anggota yang mendapatkan undian arisan. Dan yang paling utama, siapapun yang mendapatkan giliran arisan diwajibkan menyampaikan ceramah dihadapan sesame anggota. Alhamdulillah, dalam sekian tahun berjalan akhirnya masing-masing anggota telah biasa menyampaikan ceramah , walaupun materi yang disampaikan tidak seperti para Ustad-ustad yang kondang. Namun memang masih ada satu-dua, yang belum berani menyampaikan ceramah. Tentu dengan berbagai resiko, yaitu dia harus mencari pengganti penceramah dari luar dengan mengeluarkan biaya transport sang Ustad.
Kultum atau ceramah atau apapun istilahnya, bukanlah menjadi persoalan yang urgen. Orang akan merasa takut apabila disuruh menyampaikan sebuah kultum. Tentu banyak persoalan yang melatar belakangi alasan tersebut. Yang utama adalah bagaimana seorang bisa melaksanakan apa yang disampaikan kepada orang lain. Sebuah materi kultum bisa diambilkan dari pengalaman pribadi atau “sesuatu” yang telah dilaksanakan dalam keseharian. Misalkan, seorang kepala dinas menyampaikan kultum bekerjalah sungguh-sungguh , jujur . Kepala dinas ini patut ditiru ajakan dalam kultumnya, manakala segala perbuatan di kantornya dia bekerja sungguh-sungguh dan berlaku jujur. Tetapi apabila kepala dinas, hanya sebatas isi kultumnya, sedangkan dalam kesehariannya dia korupsi, tentu akan ditertawakan para bawahannya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini patut digalakkan di berbagai Instansi, kantor, baik pemerintah ataupun swasta, bahkan di gedung DPR, MPR sekalipun , paling tidak saling mengingatkan sesama saudara, teman, sahabat dalam berbuat kebaikan.
Marhenyantoz's Blog 