Idhul Adha Membangun Kesadaran Bertauhid, Berjuang, dan Sekaligus Berkorban
Posted 05/11/2011
on:
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita bersama-sama, dengan hati yang tulus ikhlas , bersih, memuji Allah, Dzat Yang Maha Mulia, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya ini. Marilah kita perkukuh kembali tauhid kita, bahwa tidak ada tuhan selain Allah, ia adalah maha besar dan segala puji-pujian hanyalah untuk-Nya. Allah adalah Dzat yang Maha Pencipta dan menguasai segala alam ini.
Selanjutnya, dengan sepenuh hati marilah kita memohon dan berdoa, semoga shalawat dan salam tetap tercurah pada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw., keluarga dan shahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunah-sunah beliau serta mencintainya. Melalui utusannya, yaitu Nabi besar Muhammad saw., kita mendapatkan tauladan, bimbingan dan petunjuk tentang hidup yang mulia, yaitu kehidupan yang diwarnai oleh keimanan, ketaqwaan, amal shaleh dan akhlakul karimah.
Alhamdulillah buka puasa disore tadi terasa nikmat sekali, setelah seharian puasa sunnah arofah. Mudah-mudahan amal ibdah puasa hari ini diterima Allah SWT dan semoga diridhoi dan mendapat ampunan segala dosa yang diperbuat setahun lalu dan setahun ke depan. Itulah hikmah puasa sunnah arofah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamdu, gema takbir mulai berkumandang. Inilah salah satu pengakuan kebesaran Allah, dengan selalu bertakbir bertahmid bertahlil hingga 3 hari ke depan sampai habis hari tasriq 11,12 , 13 Dzul hijah.
Dalam Islam kita mengenal dua jenis hari raya, yaitu idhul fitri dan idhul adha. Idhul fritri diselenggarakan setelah sebulan penuh kita semua menjalankan ibadah puasa di bulan suci ramadhan. Pada idul adha, disebut sebagai idhul qurban maka idhul adha sangat erat kaitannya dengan ibadah haji, yaitu rukun Islam yang ke lima, serta berkurban.
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS.Ali-Imron: 97).
Ada tiga hal yang harus menjadi perhatian kita bersama, yang semuanya itu sangat penting sebagai bekal dalam menjalani hidup ini. Ketiga hal itu adalah pertama, memperkukuh ketahuhidan; kedua, membangun semangat berjuang, dan ketiga adalah kesediaan untuk berkorban. Pertama, yaitu tentang tauhid adalah persoalan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita ini. Sebagai syarat pertama seseorang menjadi selamat, baik di dunia maupun di akherat, adalah karena keimanannya. Keimanan itu harus kokoh dan tidak boleh bercampur dengan keraguan sedikitpun.
Untuk memperkokoh ketauhidan itu dalam pelaksanaan haji tampak sedemikian jelas dari beberapa jenis kegiatannya. Misalnya, ucapan-ucapan yang dikumandangkan adalah suara tauhid. Jama’ah haji selalu dianjurkan untuk menyuarakan talbiyah, yaitu labbaika Allahuma labaik, labaika la syarikalaka labbaika, innal hamda wanikmata laka wal mulk laa syarikalaka. Jelas sekali bahwa kalimat-kalimat talbiyah yang dikumandangkan berulang-ulang tanpa henti itu mengingatkan tentang tauhid itu.
Pelajaran kedua yang harus kita tangkap dari ibadah haji dan idul adha, adalah tentang perjuangan kemanusiaan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan ismail. Lewat sejarah perjuangan hidup nabi Ibrahim kita ditunjukkan dengan sebuah perjuangan yang amat dahsyat. Lagi-lagi yang diperjuangkan oleh Nabi Ibrahim adalah tentang kesadaran eksistensi diri sebagai manusia hingga kemudian meningkat sampai meraih kesadaran bertauhid yang kokoh.
Pelajaran penting dari riwayat Nabi Ibrahim, setidak-tidaknya adalah tentang kesadaran kemanusiaan yang seharusnya dimiliki oleh siapapun. Bermodalkan dari kesadaran penciptaan kemanusiaan ini, maka lahir manusia unggul, yaitu manusia yang bertauhid. Manusia yang tahu tentang eksistensi dirinya. Nabi Ibrahim yang gelisah untuk mengetahui siapa sebenarnya Tuhan-Nya, ternyata kemudian menjadikannya sebagai kekasih Allah, hingga ia disebut sebagai kholilullah.
Pelajaran ketiga yang seharusnya kita tangkap dari ibadah haji ( idul adha) adalah ajaran tentang keharusan berkorban. Berjuang agar berhasil, maka harus diikuti oleh kesediaan untuk berkorban. Tidak akan pernah ada berjuang menjadi berhasil tanpa pengorbanan. Berjuang dan berkorban sama dengan dua mata uang yang harus menyatu. Nabi Ibrahin juga telah memberikan tauladan tentang itu.
Maka tatkala anak itu mencapai umur dapat bekerja bersamanya , Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat di dalam mimpi bahwa Aku akan menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia berkata: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS As-Shaffat; ayat 102).
Pengorbanan nabi Ibrahim tidak tanggung-tanggung, yaitu harus menyembelih anak satu-satunya yang sangat ia cintai, yaitu Ismail. Perintah menyembelih Ismail itu, ia dapatkan dari mimpi. Atas dasar jiwa tauhid yang kokoh, maka perintah itu diterima dengan sabar dan ikhlas. Perintah itu dilaksanakan oleh keduanya, Ibrahim dan Ismail.
Semoga Idul adha atau idul qurban kali ini berhasil memperkukuh jiwa tauhid, semangat berjuang, dan berkurban hingga melahirkan kebersamaan, peduli yang lemah dan memiliki solidaritas kemanusiaan yang tinggi.