Kemapuan Pelajar Indonesia Paling Terbelakang
Posted 09/12/2012
on:- In: Berita
- Komentar Dinonaktifkan pada Kemapuan Pelajar Indonesia Paling Terbelakang
Sebuah pernyataan Mendikbud M Nuh ini bisa membuat banyak orang gregetan untuk memberikan komentar atas pernyataan tersebut. Pelajar Indonesia yang mana dikatakan kemampuannya terbelakang? Sering kita lihat pelajar-pelajar kita banyak meraih prestasi dijang Internasional diberbagai bidang lomba sains. Olimpiade matematika, fisika, astronomi dll. Sudah sering meraih medali emas.
Tentu Mendikbud punya alas an menyampaikan hal tersebut terkait kemampuan pelajar kita dibanding dengan pealajar dari Negara-negara berkembang lainnya. Untuk itu Kemendikbud dari tahun 2010 telah mempersiapkan kurikulum baru dan ternyata akan dilaksanakan pada tahun 2013 mendatang.
Banyak orang berkomentar , ganti menteri ganti kurikulum. Inilah sebuah perubahan yang mesti dilakukan kalau ingin SDM Indonesia maju dan tidak ketinggalan jaman. Kurikulum harus diubah, apapun resikonya, sebuah keberanian yang luar biasa yangd ilakukan M Nuh. Bapak menteri mengaku siap untuk tidak populer dengan mengambil kebijakan drastis ini. “Daripada gara-gara kita sungkan, risikonya nanti jadi lebih mahal. Ngurusin pendidikan itu bukan soal orang senang atau tidak,” begitu kata sang menteri.
Alasan Perubahan Kurikulum
Alasan Kementerian: kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Karena zaman berubah, maka kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan penalaran, bukan lagi hafalan semata.
Perubahan ini diputuskan dengan merujuk hasil survei internasional tentang kemampuan siswa Indonesia. Salah satunya adalah survei “Trends in International Math and Science” oleh Global Institute pada tahun 2007.
Menurut survei ini, hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea yang sanggup mengerjakannya mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen siswa Indonesia dapat mengerjakan soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan. Sementara itu, siswa Korea yang bisa mengerjakan soal semacam itu hanya 10 persen.
Indikator lain datang dari Programme for International Student Assessment(PISA) yang di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Dan hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6. Sumber Vivanews http://fokus.news.viva.co.id/news/read/373586–perubahan-kurikulum-penting-dan-genting-
Tantangan Bagi Guru
Perubahan kurikulum tentu akan mengimbas kepada guru, guru sebagai ujung tombak keberhasilan sejauh mana anak-anak didiknya dapat berhasil meraih pengetahuan. Bukan berarti guru itu segalanya, namun guru sebagai pengantar penyampai ilmu. Anak-anakpun bisa belajar dari berbagai sumber, seperti dari pendidikan orang tuanya, buku, majalah, TV, radio, Internet, dsb. Sehingga guru bukanlah segalanya. Guru harus didukung oleh semua pihak, oleh pemerintah, para pejabat, orang tua /wali murid.
Guru-guru di Indonesia sudah satu jutaan yang bersertifikat pendidik professional. Guru-guru ini sudah memiliki sertifikanya. Kompetensi guru selalu ditingkatkan, dengan berbagai kegiatan pelatihan, uji kompetensi guru (UKG), dsb. Namun demikian jangan sampai berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kemaampuan kompetensi guru dijadikan ajang “proyek” para pejabat.
Guru siap mengabdi utnuk bangsa ini namun demikian jangan lupa, nasib guru jangan dilupakan. Para pejabat dikantoran jangan iri dengan pendapatan guru karena mendapat tunjangan setifikasi, sehingga dengan berbagai dalih untuk mendapatkan belas kasih guru untuk bagi-bagi rejeki (bukan memotong uang sertifikasi) tetapi dengan alas an pemberkasan pencairan dana sertifikasi.
Guru selalu siap untuk mengabdi pada bangsa ini dalam rangka memajukan generasi penerus anak bagsa ini agar lebih berkualitas. Kurikulum dalam bentuk apapun guru pasti siap. Karena mengajar merupakan profesinya, Tinggal pemerintah untuk segera menyampaikan pada para guru untuk dipelajari bagaimana guru nantinya dalam menerapkan kurikulum yang baru ini.